![]() |
Covid-19 dan Krismon |
Jakarta - Tadi ngobrol
dengan driver taksi.. Dirinya risau
dengan turun drastisnya ekonomi. Terutama pada orang kecil seperti mereka.
Hari-hari
ini, mencari penumpang sulit sekali. Mereka yang biasanya setiap hari pulang
membawa uang untuk anak istri, malah harus nombok ke perusahaan karena kurang
bayar setoran.
Akhirnya, dia
- dan banyak teman2nya - berencana untuk off dulu - entah sampai berapa lama -
daripada harus hutang setoran, lebih bagus gak kerja.
Dampak Corona
ini memang paling keras menghantam para pekerja harian. Kita mungkin masih enak
kerja dan tinggal di rumah, paling cuman gimana menghabiskan kebosanan. Tapi
buat pekerja harian, ketidak hadiran kita di jalan berarti bencana. Tidak ada
uang yang bisa dibawa ke rumah.
Nasib kita
pun bisa jadi ke depan seperti mereka...
Ketika
perusahaan tempat kita bekerja akhirnya tidak bisa melakukan kegiatan jual
beli, apalagi yang ekspor tidak bisa dagang lagi, maka bisa jadi perusahaan
gulung tikar.
Dan kebayang
berapa ratus ribu orang dirumahkan, mungkin akan termasuk kita juga.
Dan kebayang
lagi, saat ekonomi lemah, maka suara ketidak-puasan akan semakin kencang, dan
bisa jadi membentuk sebuah gerakan besar.
Inilah yang
saya khawatirkan sejak awal, bukan di virusnya. Bencana Corona itu ibarat gempa
besar, dan tsunaminya sebagai dampak sedang datang, yaitu resesi dunia.
Tidak
lockdown saja seperti ini, apalagi kalau Jokowi menuruti seruan lockdown dari
mereka yang tidak pernah membayangkan dampak dahsyat di ekonomi..
Mulai
kencangkan ikat pinggang, kawan. Berhemat apa yang bisa dihemat. Goncangan di
depan akan semakin kuat.
Ini bukan
menakut-nakuti, hanya supaya kita mulai bersiap-siap.
Sepertinya, harus kembali ke kopi sachet lagi. Biar
cuman 3 rebuan, yang penting tetap nikmat..