![]() |
Ijtima Ulama di Gowa |
Jakarta - Saya juga
tidak takut dengan virus Corona.. Tetapi bukan
karena tidak takut itu, saya melakukan hal yang membahayakan diri. Seperti
berkumpul dalam jumlah besar di sebuah keramaian dengan resiko tinggi. Itu
konyol namanya, bukan pemberani.
Saya bukan
takut sakit karena virus Corona..
Saya hanya
tidak mau menjadi PENYEBAR virus, ketika virus itu nempel di saya karena
bersentuhan dengan orang lain.
Saya yakin
dengan kesehatan diri sendiri, tapi saya tidak yakin dengan kesehatan orang
yang lebih tua di sekitar saya, yang sistem kekebalan tubuhnya tentu sudah
tidak sekuat dulu lagi.
Apalagi orang
yang sudah tua biasanya punya riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes dan
penyakit lama lainnya, yang ketika kemasukan virus Corona akan terjadi
komplikasi. Bisa fatal jadinya..
Jadi, ketika
saya akhirnya harus membatasi diri dari sosialisasi berlebihan di keramaian,
itu bukan karena saya takut virus Corona. Apalagi bawa-bawa nama Tuhan, dengan
berkata, "Kami hanya takut pada Allah.."
Bukan.
Itu adalah
bagian dari TANGGUNG JAWAB, supaya saya tidak menjadi penyebar virus dan
menularkannya ke orang yang lebih lemah.
Paham, kan ?
Dengan tidak
berkumpul, bahkan pada waktu ibadah di luar rumah, berarti saya sebenarnya
menjalankan perintah agama, bukan malah melanggarnya.
Bukankah
agama menyuruh kita untuk tetap di rumah ketika ada wabah?
Bukan karena
kita takut mati. Tapi kita wajib MENJAGA orang yang lebih lemah dari kita,
dengan tidak menyebarkan virus itu kepada mereka.
Kalau
masalah, "Ngapain takut, virus Corona kan juga ciptaan Allah ?". Ya,
ular kobra juga ciptaan Allah, memangnya kamu mau sekandang ma dia ?
Mikir dong.
Kalau mikir aja masih belum bisa, minimal bibirnya di selotip yang rapat.
Karena selain virus, kebodohan itu juga resiko penularannya luar bisa.
Dan itu gada
vaksinnya..
Kalau gak
paham juga, sini gua ulek pake cangkir kopi gua. Tapi karena gak mau rugi, gua
seruput dulu kopinya..
Seruput..