![]() |
| Beroda |
"Apa semua doa kita
dikabulkan Tuhan, bang?".
Sebuah pertanyaan mampir di
inbox. Saya suka pertanyaan seperti ini, menggali kembali nilai-nilai spiritual
sekaligus sebagai pengingat.
"Hidup itu ada kuncinya.
Kenali kunci-kunci hidup, maka selamanya kamu akan berjalan dengan tenang
karena kamu paham.." Kata salah seorang teman yang juga guruku dalam
memahami semuanya.
Dan perjalanan mencari
kunci-kunci itu kutuangkan dalam buku "Tuhan dalam secangkir kopi"
dan "Bukan manusia angka".
"Jika melihat sifat-Nya yang
Maha pengasih dan Maha penyayang, secara logika, Tuhan pasti akan mengabulkan
doa manusia - jika itu bersifat kebaikan. Meskipun doa atau harapan itu
sifatnya hampir tidak mungkin kita dapatkan...
Sebagai contoh, pada kondisi yang
miskin seperti sekarang, kamu berdoa supaya jadi Hari Tanoe kedua. Mungkinkah ?
Mungkin saja. Dan dikabulkanlah doamu saat itu juga..."
Masih ada secangkir kopi meski
sudah dingin. Lumayanlah, daripada gak ada. Kulanjutkan menulis jawaban untuk
dia.
"Tetapi ada sifat lain dari
Tuhan yang manusia lupa, bahwa Ia Maha adil. Terkabulnya doamu bukan berarti
keinginanmu langsung jatuh di hadapanmu, tetapi ditempatkanNya di satu tempat.
Analoginya, ketika kamu sekarang
berdoa ingin menjadi Hari Tanoe kedua, maka saat itu Tuhan kabulkan doamu
segera dan ditempatkan di puncak gunung Jayawijaya. Kamu harus berjalan kesana
dan mengambil sendiri apa yang kamu pinta...
Semakin tinggi doamu, maka
semakin jauh dan berat perjalananmu menujunya. Kamu yang punya keinginan, kamu
yang harus meraihnya". Kubakar sigaret yang tersisa. Sudah malam, apa
masih ada warung buka ya ?
"Yang menarik, dalam
perjalananmu menuju keinginanmu, Tuhan menawarkan peluang-peluang yang
memungkinkan kamu raih saat itu juga. Peluang itu dihadirkan melalui seseorang
atau peristiwa.
Dan kamu -dengan akalmu- akan
meraihnya, sehingga sedikit demi sedikit perhatianmu teralihkan. Dengan begitu,
maka keinginanmu juga bisa bergeser. Karena puncak Jayawijaya masih terlalu
jauh, puncak pass juga gapapa-lah".
Apa masih ada warung yang buka ya?
Kalo tutup semua kan asem mulutku semalaman? Kuselesaikan bait terakhir apa
yang ingin kusampaikan.
"Perlahan-lahan akalmu
berproses dan menerima kenyataan, bahwa sebenarnya menjadi Hari Tanoe kedua
bukanlah keinginanmu sebenarnya. Kamu dituntun melalui peristiwa2, menuju
dimana sejatinya dirimu berada.
Bisa jadi, awalnya pengen jadi
orang sangat kaya, ternyata kamu malah menikmati menjadi orang biasa yang
merdeka bebas dari ikatan materi yang ada. Karena menjadi kaya ternyata tidak
senikmat yang kamu kira awalnya...
Itulah kenapa Tuhan selalu
memerintahkan manusia untuk berfikir dan menggunakan akalnya. Karena semua
peristiwa mempunyai makna dan manusia harus mampu mengambilnya.
Berjalan sajalah. Berdoalah
supaya mendapatkan kebaikan dan biarkan Dia yang mengatur kita. Berusaha lalu ikuti
arusnya, tidak usah melawan dan memaksakan keinginan.
Karena keinginan manusia
sejatinya hanyalah nafsu. Manusia kebanyakan punya keinginan, lalu berdoa
supaya Tuhan mengabulkannya. Tuhan dijadikan pesuruh tanpa sadar.
Dan jika tidak sesuai keinginan,
lalu menghibur diri 'mungkin Tuhan tidak mengabulkan'. Padahal bukan Tuhan
tidak mengabulkan, tapi kita sendirilah yang tidak keras usahanya menuju tempat
terkabulnya doa..."
Ku "send" tulisanku,
dan langsung bergegas mencari warung. Semoga masih ada yang buka. Iseng kuambil
gelas kopiku dan menyeruputnya. Puihhh, tinggal ampasnya!
