![]() |
Demo Buruh |
Saya sering melihat bilboard besar
acara massal dalam bentuk Dzikir bersama, doa bersama atau apapun bersama.
Saya sempat bertanya pada seorang
teman, "Kenapa apa-apa harus massal ya? Apa Tuhan itu budeg?"
Dia tersenyum sambil melet,
"Kamu gak tahu? Buat mereka yang penting ada massanya, trus di foto-foto,
dijadikan album dan kirim ke pendonor di Timteng membuktikan bahwa mereka punya
massa. Dapet dah duit.. ". Dia tergelak.
Saya pun ikut tergelak karena
ingat pada zaman masih suka menggelar Event Organizer, saya harus ambil angle
yang bagus untuk sesi foto supaya bisa melapor ke klien bahwa acara ini sukses
mengundang massa. Kuncinya ada di angle, sudut pengambilan foto yang benar..
Melihat aksi buruh yang menggelar
demo tax amnesty saya lebih tergelak.
Tidak ada bedanya ternyata.
Foto-foto, lalu ambil sudut yang bagus dan tawarkan kepada partai politik atau
pengusaha yang berkepentingan bahwa mereka punya massa.
Siapa yang untung? Ya, EO-nya.
Apalagi kalau masuk media massa, bisa tambah besar penghasilannya. Buruh mah
cuman dibayar nasi bungkus diselipin uang antara 50-100 ribu rupiah.
"Itu fitnah! Kami tidak
dibayar apapun!" Kata seorang buruh.
Saya tergelak lagi. Berarti itu
buruh naif, yang rela berpanas-panas ria dengan idealis tidak jelas,
meninggalkan tempat kerja dan dibodohi EO-nya. Minta dong, masak cuman dikasi
nasi bungkus ajaaah..
"Kenapa kamu demo?" Tanya
saya.
Dan dia mengungkapkan bahwa buruh
demo tax amnesty karena pemerintah tidak adil, pengusaha dapat ampunan pajak
sedangkan buruh yang selalu bayar pajak tidak dapat ampunan.
"Demi Maria Ozawa, apa kamu
tidak tahu bahwa Penghasilan Tidak Kena Pajak itu sebesar 4,5 juta per bulan?
Apa gaji kamu 4,5 juta? Wong gaji UMR aja kok.. Kalau para bos dan manajermu
yang demo, wajarlah... "
Dia bengong sebentar karena
bingung. Lalu terlihat mukanya memerah. "Wah, marah nih.." pikir
saya. Lumayan takut juga, apalagi dia berjalan menuju saya dengan langkah tegap
dan tubuh kekar hitam karena terkena panas.
Ketika berhadapan muka dengan
muka, ia lalu menepuk pundak saya dan lirih bertanya, "Eh, Maria Ozawa
siapa sih? Kayak tau namanya... bintang *pret pret* itu ya?"
Ingin kumakan kopi ini
secangkir-cangkirnya...