![]() |
Menteri Agama |
Pada waktu aksi massa 411 dan
212, saya kebetulan ada di Jakarta. Subuh -sesudah shalat- saya
mendengar speaker-speaker masjid menyerukan warga untuk turun ke jalan dalam
aksi massa besar.
Suasana pada waktu itu mirip seperti perang.
Yang membuat hati miris adalah
ujaran-ujaran kebencian yang keluar dari toa-toa. Bagaimana bisa tempat dimana
manusia mensucikan dirinya keluar kata-kata angkara murka?
Saya pun kembali teringat ketika
di sebuah shalat Jumat, mendengarkan ceramah penuh amarah terhadap yang non
Islam. Lucunya, masjid itu berada di komplek perumahan yang banyak non muslimnya.
Masih untung mereka banyak sabarnya.
Entah sudah berapa kali saya
menulis bahwa pemerintah selayaknya tanggap akan hal ini. Masjid-masjid
dikuasai kaum intoleran. Bahkan di sebuah masjid di BUMN, penceramahnya malah
menjelek-jelekkan pemerintah dan menggaungkan konsep makar.
Sertifikasi penceramah agama
adalah langkah maju dari pemerintah saat ini. Mungkin harus ada kejadian dulu
baru kita tanggap akan situasi.
Selayaknya kita belajar dari
negara lain yang sudah menerapkan itu jauh hari sebelumnya. Iran dan Mesir
mungkin bisa jadi rujukan, karena mereka pernah mengalami situasi pahit dimana
ulama dijadikan kendaraan untuk kekuasaan..
Ide Menteri agama ini patut
diapresiasi. Perlu ada badan -non pemerintah- terdiri dari ulama mumpuni -bukan
macam ulama MUI- yang bisa menerbitkan sertifikasi bagi penceramah agama. Badan
ini harus menjaga kredibilitasnya, karena itu sama saja dengan menjaga
nilai-nilai agama.
Semoga ke depan hubungan beragama
kita bisa lebih erat, karena yang harus kita pahami bersama, apapun agama kita,
kita adalah saudara sebangsa.
Seruput kopimu dulu, teman.
"Mereka yang bukan saudaramu
dalam iman adalah saudaramu dalam kemanusiaan.." Imam Ali as.