![]() |
Bumi Datar |
Pagi ini saya mampir ke bumi datar. Lelah dengan bumi bulat yang terlalu adem dan sempurna, bumi
datar ternyata menyimpan sejuta peristiwa.
Disana semua lelakinya memakai daster tanpa celana. Mereka
suka berteriak tanpa ada makna. Disana sudah menjadi budaya, semakin bodoh seseorang ia akan
semakin dipuja. Yang paling bodoh di antara mereka dinobatkan menjadi ulama.
Sungguh berbeda dengan bumi bulat tempat ilmu menjadi pegangan utama.
Mereka disana seperti drakula, takut sekali dengan salib. Warganya
hampir semua paranoid. Jangan dicolek, karena mereka semua sensitip. Mungkin
karena disana lelaki pun mendapat haid.
Bumi datar sungguh menarik. Agamanya perasaan, bukan sesuatu
yang lojik. Karena logika buat mereka adalah iblis yang licik. Ngotot dulu,
kalau salah tinggal sembunyi di balik bilik.
Yang wanita lebih menggila. Bawa panci aja, bisa meledak
kemana-mana. Kalau ada berita, mereka sebar secepat cahaya. Tubuhnya terbungkus
rapat, tapi mulutnya selalu terbuka. Kalau gak mencaci ya fitnah.
Bagi mereka fitnah adalah kebenaran dan kebenaran dianggap
fitnah..
Di bumi datar ternyata ada juga mahasiswa. Uniknya, disana
mahasiswa juga dagang sayuran. Mereka lebih sensitip harga cabe naik daripada
fokus menjadi ilmuwan. Mereka bahkan tidak bisa membedakan mana pajak dan mana
biaya perpanjangan.
Saya senang disana, semua jadi seperti hiburan...
Ada yang teriak mati syahid, tapi keluar pesawat aja pake
kencing di celana. Ada yang di dunia maya galaknya seperti singa, disamperin
langsung berubah jadi unta tak berdaya. Ada yang dikit-dikit lapor kayak anak manja.
Kalau ditanya, jawabnya selalu "Fitsa Hats, Fitsa
Hats.." Saya gak ngerti, mungkin itu sejenis mantra. Atau karena giginya
sudah gak ada, sehingga yang keluar dari bibirnya udara semua.
Ada beberapa orang yang saya tahu berasal dari planet
abrakadabra. Mereka datang ke bumi datar karena ingin belajar. Sampai disana,
mereka malah didaulat jadi pengajar. Ah, macam mana...
Sungguh awalnya saya ingin tinggal disana..
Tapi akhirnya tidak jadi karena saya ngeri. Disana minum
kopi bukan seruput seperti biasanya. Tapi diminum secangkir-cangkirnya...
Ah, ternyata lebih enak di bumi bulat. Di tempatku semua
normal dan apa adanya. Berbeda malah menjadi sesuatu yang indah. Tuhan kami
sama, hanya cara menyembahnya saja dengan banyak cara. Itulah bukti bahwa Tuhan
itu Maha Kuasa..
Tapi perlu sekali-kali mampir ke bumi datar. Supaya kita paham,
bahwa menjadi waras disana adalah kegilaan yang sebenarnya...
Seruputt...