![]() |
Cuitan Jonru |
Baca konsep surga versi Jonru yang dibagikan sobat saya Ni Luh jelantik,
jadi pengen ketawa pagi-pagi.
Saya meyakini surga itu ada, sebagai reward dari Tuhan kepada hamba yang
taat padaNya. Karena ketika kita taat, maka perjalanan di dunia pasti selamat.
Inilah konsep keadilan yang sesungguhnya. Karena tidak mungkin yang jahat dan
yang baik bercampur dalam satu tempat.
Tapi apakah surga itu adalah tempat kawin seenaknya?
Kalau melihat konteks -bukan teks- diturunkannya kitab suci, kita pasti
mengerti bahwa itu turunnya kitab suci berada pada masa jahiliyah, masa ketika
kebodohan berada pada puncak tertingginya.
Kitab suci selalu memakai bahasa sederhana sebagai perumpamaan. Ia
mengambil contoh materi di sekitar, yang dikenal manusia. Seperti penggambaran
surga harus ada sungai, pohon dan sebagainya untuk menggambarkan sebuah
kenikmatan.
Tetapi sebenarnya yang disebut kenikmatan dalam surga pasti lebih tinggi
dari itu dan lebih nikmat dari materi yang ada.
Seperti kata Imam Ali as, "kenapa dunia dinamakan dunia (adna)? Karena ia lebih rendah dari segala sesuatu". Jadi sebagus apapun materi di dunia, ia lebih rendah dari segala yang bersifat non materi. Dan surga adalah non materi. Sampe sini, Jonru garuk-garuk janggutnya.
Nah, kepada masyarakat Arab Jahiliyah yang kerjaannya tukang kawin, yang
gendiknya bisa ratusan, maka cara mengajarkan kenikmatan surga tentu harus
sesuai dengan kapasitas pemikiran mereka pada masa itu. Tidak mungkin kan surga
dikabarkan ada liftnya, ada PS4, jadi bisa main game sepuasnya, karena pasti
gak nyangkut di pikiran mereka.
Yang dikabarkan kenikmatan kepada mereka dalam bentuk yang mereka ketahui.
Kenikmatana versi mereka adalah wanita, maka gambarkan wanita. Hanya di surga
tidak bisa disebut wanita karena kurang menjual, maka disebutlah bidadari.
Cara menggambarkan bidadari harus sesuai dengan gambaran wanita yang
tercantik di kepala arab jahiliyah pada masa itu. Padahal tidak ada yang tahu
bagaimana bentuk bidadari, sebagaimana orang tidak tahu bagaimana rupa malaikat
sesungguhnya. Begitulah adanya.
Jadi, terimalah konsep surga sebagai bagian dari keadilan Tuhan. Tidak
perlu mewujudkannya dalam bentuk material. Anda kan manusia sekarang, bukan
manusia pra sejarah yang harus diletakkan batu di depannya, trus di ejakan,
"be aba, te utu.. batu".
Cuman memang sekarang ini semua serba terbalik. Zamannya maju, cara
berfikir manusianya yang mundur. Jadi niat masuk surga hanya karena ngaceng
olala, bukan karena akal menerimanya.
Saya saja bingung menggambarkan secara sederhana bagaimana nikmatnya kopi
pagi ini.
Masak harus begini, "Hmm.. senikmat men-download Mia Khalifa.."
biar sesuai ma zamannya.