![]() |
Jari Tengah |
Pilkada DKI tahun ini adalah
Pilkada terburuk sepanjang sejarah. Isu yang dimainkan begitu menjijikkan dan
merendahkan kemanusiaan. Bisa dibilang inilah penistaan terhadap agama Islam
yang dilakukan oleh umat Islam sendiri.
Jika mempermainkan ayat masih
belum cukup, pilkada kali ini juga menjual isu mayat. Baru kali ini kita
melihat bagaimana seorang muslim di zolimi oleh muslim lainnya. Jenazah yang
ditolak dishalatkan oleh para tetangganya satu saat akan bersaksi bahwa ia
mendapat perlakuan yang sangat tidak adil oleh mereka yang mengaku saudaranya
seiman.
Belum cukup menistakan firman
Tuhan ke tempat yang sangat rendah, kali ini mereka mengejeknya dengan bahasa
"tamasya".
Firman itu seharusnya dibaca dan diresapi di tempat sepi
dengan mengambil setiap pelajaran yang terkandung di dalamnya. Dan mereka
dengan hinanya menjadikannya sebuah tamasya?.
Sudah menghina, menipu pulak.
Niat dibalik kata tamasya itu adalah intimidasi. Dan yang paling hina dari itu
semua adalah mereka yang menikmati semua penghinaan itu hanya karena ambisi
politiknya. Bukan saja menikmati, ia bahkan menunggangi. Semua hanya karena
sebuah kursi yang seharusnya bertuliskan "amanah" tetapi malah
dijadikan "peluang". Ironis. Amanah yang diraih dengan
perbuatan tidak amanah.
Dan yang paling menjijikkan
adalah ketika tahu bahwa dirinya menikmati semua itu lalu dengan santun
berkata, "jangan main curang di pilkada DKI".
Pada akhirnya, semua hal yang
membuat perut mual dan muntah itu akan mengalami titik balik. Dari muak
akhirnya bermutasi menjadi perlawanan.
Ini sudah bukan lagi tentang
siapa yang menjadi Gubernurnya, tetapi lebih kepada ketakutan akan apa yang
terjadi ke depan ketika orang yang menikmati dan memanfaatkan itu, ditunggangi
oleh sesuatu yang lebih besar darinya yaitu RADIKALISME.
Itulah yang tidak terpikirkan
oleh mereka yang selalu memainkan isu suku, ras dan agama. Mereka tidak sadar
bahwa kezaliman yang terus menerus mereka pertontonkan membuat "silent
majority" akan bergerak melawan dalam gerakan diam. Yang awalnya simpati
akan berbalik menghantam.
Pilkada tahun ini Tuhan memberi
kita pelajaran. Apa yang terjadi ketika keserakahan, kebodohan, kepengecutan
dan kemunafikan dibungkus dalam baju putih bersih bernama keimanan. Kita harus
mencatat dengan tinta tebal nama-nama mereka yang terlibat dan menikmati semua
ini dan masukkan mereka dalam daftar hitam..
Pada satu waktu ketika kita
bersisipan jalan dengan mereka, akan terbaca patri di dahi mereka dengan jelas,
"Saya dulu memainkan agama atas nama ambisi pribadi".
Beri dia secangkir kopi dengan
senyuman ramah. Lalu acungkan jari tengah...