![]() |
Bidak Jokowi |
Dari hasil diskusi kemarin,
seorang teman bertanya, "kenapa buat abang pilkada Jabar begitu penting?".
Saya senyum dan mengambil secangkir kopi yang tersedia. "Pilkada Jabar ini
sangat penting karena berhubungan dengan Pilpres 2019..". "Bukankah Pilpres masih jauh?"
Tanyanya lagi. "Memang. Tapi semua partai
sudah banyak yang memusatkan perhatiannya pada pilpres. Pilpres ke depan ini
akan lebih panas dari sebelumnya. Ini karena banyak yang kecewa pada Jokowi
karena kepemimpinannya. Terutama para mafia, mulai dari mafia pangan sampai
migas.
Belum lagi negara barat yang
kecewa karena Jokowi tampaknya lebih berkiblat ke Timur. Itu tampak dari
hubungan dengan China, Rusia dan Iran yang terus meningkat. Apalagi sesudah
simbol Amerika, Freeport, diobok-obok.."
"Terus apa hubungannya
dengan Jabar?".
"Begini.." aku
memperbaiki dudukku mencoba lebih nyaman sambil mengambil sebatang rokok yang
siap menyala. "Kuberikan gambar besarnya".
"Pertama, Jabar itu dekat
dengan Jakarta, pusat pemerintahan. Sesudah pilgub DKI, pilgub Jabar ini
menjadi agenda penting karena berkaitan dengan penguasaan wilayah di sekitar
pemerintah pusat.
Kita tahu bahwa pada aksi massa
411 dan 212 kemaren, banyak sekali massa yang dikoordinir dari Jabar. Dan itu
rentan sekali dimanfaatkan untuk menggoyang Jokowi ketika mendekati Pilpres.
Apalagi jika di DKI Ahok kalah, maka pertahanan pusat akan makin rentan terbuka".
Kuseruput kopiku yang sudah mulai
mendingin.
"Kedua, jumlah pemilih di
Jabar adalah terbanyak se Indonesia. Ada lebih dari 33 juta pemilih disana. Dan
pada pilpres lalu di Jabar Jokowi kalah telak. Ini berkat Aher yang jaringannya
sangat kuat disana.
Aher tidak tampak besar di media
massa dan media sosial. Tetapi ia menguasai pedesaan melalui masjid-masjid,
pengajian dan majelis. Dan strategi dia benar, karena Jabar 60 persennya adalah
Kabupaten. Secara lapangan, Jabar adalah pedesaan bukan kota".
Temanku manggut-manggut mengerti
dan aku mulai kembali seruput kopi.
"Nah ,pertarungan pilpres
nanti akan membawa koalisi yang sama. PDIP dengan koalisinya melawan Gerindra
PKS dan koalisinya.
Ini koalisi permanen yang
dimainkan di DKI, di Jabar dan di Pilpres 2019. Jadi sudah bisa keliatan kan,
bahwa nanti ujungnya ke Pilpres juga?" Kubakar rokokku yang sejak tadi
hanya sebagai penghias jari.
"Jokowi kan muslim, apa
masih laku isu sektarian untuk menghantam dia nanti?".
"Masak gak lihat bangkitnya
Cendana kembali? Soeharto itu dikenal sebagai pemberantas PKI. Jadi isu yang
dimainkan untuk menghantam Jokowi adalah isu bangkitnya PKI.
Kebayangkan ketika mendekati
pilpres ada gorengan isu "Muslim vs PKI"? Dan ratusan ribu orang dari
Jabar kembali bergerak ke pusat pemerintahan untuk menurunkan Jokowi? Bukan
niat makar pastinya, tapi untuk menghancurkan kredibiltasnya dan menurunkan
suaranya.
Disini saja potensi chaos mudah
tercipta...."
Temanku mulai mengerti, "Oh,
pantas Aher berencana menaikkan isterinya di pilgub Jabar. Itu untuk menjaga
suara yang selama ini dia pelihara rupanya".
Aku tersenyum. Satu persatu
kepingan puzzle tersusun membentuk gambar. Kunikmati cangkir kopi kedua yang tadi
kupesan. Masih panas, lumayan..
"Lalu kira-kira siapa tokoh
yang paling mampu melawan Aher dan kroninya di Pilgub Jabar?". Ah, ini
menarik. Tapi sayang sudah malam. Kutepuk bahu temanku, "besok saja
kulanjutkan..". Dia merengut seperti patung macan senyum yang sudah
dibongkar.