![]() |
Jokowi Bertemu SBY |
Sebenarnya sudah jauh-jauh hari SBY
ingin datang menemui Jokowi. Pak SBY ini pemain strategi dan itu harus kita
akui di tengah badai cuitan keprihatinannya. Munculnya beliau dalam cuitan-cuitannya
pada masa kampanye Agus, adalah strateginya untuk mendongkrak elektabilitas
anaknya. Ia masih berfikir bahwa nama besarnya akan mempengaruhi pemilih. Dan salah satu strateginya pada
waktu itu adalah menemui Jokowi.
Ada kabar bahwa pihak SBY
sebenarnya sudah mengajukan diri untuk datang ke istana pada masa kampanye
Agus. Sekali lagi, itu untuk menaikkan elektabilitas Agus bahwa Jokowi
menerimanya.
Tapi sayang, Jokowi paham
permainannya. Maka ia menunda pertemuan dengan SBY dan malah menerima Prabowo.
SBY pun curhat lah sekuat-kuatnya.
Nah, sesudah Agus selesai,
barulah permainan Jokowi dimulai. Disini ia yang memegang langkah. Jokowi paham bahwa ia tidak
mungkin berhadapan dengan dua kekuatan sekaligus. Maka ia pecah keduanya. Pada
waktu kampanye ia mendekati Prabowo, maka aliran suara mengalir deras ke
Prabowo. SBY tersingkir.
Selesai kan? Sekarang langkah
kedua dimulai. Ia menerima SBY yang jelas sudah bukan lagi menjadi rival
besarnya, kecuali jika SBY bersatu dengan Prabowo.
Maka, Jokowi pun menerima
kunjungan SBY. Strategi yang sama yang ia lakukan kembali. Musuh dari musuhmu
adalah temanku. Ada dua hal yang diharapkan dalam
pertemuan dengan SBY ini.
Satu, untuk memecah barisan para
pendukung Agus merapat ke Anies. Dan dua, untuk meredam isu e-KTP yang
tampaknya akan meledak karena ada nama-nama besar disana.
Apa yang kita pelajari disini
adalah Jokowi mampu memainkan "waktu' yang tepat dalam melangkah. Waktu
yang tepat adalah kunci. Salah menempatkan posisi, maka berantakan semua
strategi.
Kali ini pak SBY terdesak. Ia
tidak bisa lagi menolak bahwa Jokowi ini koppig, keras kepalanya. Ia harus
mengakui bahwa Jokowi adalah politisi dan pemain strategi ulung. Pak SBY harus
mengambil posisi yang tepat juga dan lebih menguntungkan baginya merapat ke
Jokowi daripada berbenturan dengannya.
Pak SBY boleh jadi bidak raja
hitam dalam permainannya. Tapi ia harus mengakui bahwa langkah kuda Jokowi
adalah langkah strategis yang dimainkan oleh bukan pemain biasa.
Daripada raja tergeletak
menyerah, lebih baik merapat saja. Benar begitu kan, pakde? "Ah, kamu tau aja... Sana,
ambil sepedanya.."