![]() |
Firza |
Lama tidak dengar kabar tentang kasus Firza Hots dan Kak
Emma. Kasus ini seperti mengendap tanpa ada kabar apapun. Hilang
seperti kentut yang cuma mampir di ujung hidung -buat orang marah-marah-
untuk kemudian pergi bersama angin.
Bagaimana bisa begitu? Supaya paham, kita kembali dulu ke
aksi 212.
Ketika penahanan "pelaku makar aksi 212", polisi
juga menyita gadget mereka. Dari isi gadget, polisi bisa menentukan langkah
selanjutnya. Dan banyak "hil yang mustahal" di gadget orang-orang itu
yang jadi kartu as polisi untuk menekan mereka.
Ibaratnya "rahasia tergelap" mereka terbongkar
sudah, bahkan diantaranya ada rahasia yang sangat memalukan jika dibuka keluar.
Seperti ada gambar yang sedang mengupil pake jempol kaki.. sungguh
mengherankan.
Oke, sesudah itu para "tersangka" dipulangkan ke
rumah masing-masing dengan pernyataan tidak akan lagi ikut aksi bahkan muncul
ke permukaan massa.
Efektif.
Sampai sekarang kita jarang sekali mendengar kicauan RS, KZ,
AD bahkan tokoh emak2 RSP. Suara mereka hilang ditelan bumi dan tidak terdengar
berkoar lagi..
Poin ini dimenangkan polisi. Tapi polisi punya satu target
lagi, yaitu tokoh yang sedang naik daun dan punya pengaruh besar terhadap
gelombang aksi selanjutnya. Karena itu polisi menangkap satu orang yang diduga
dekat dengannya.
Dibongkarlah gadgetnya dan tampaklah gambar2 dan chat yang
aduhai indahnya. Gambar2 itu "dibungkus" oleh polisi dan dibawa ke
tokoh tadi.
"Gimana, kami punya gambar2 hot melotot nih. Bisa ngga
berhenti dari aksi2 besar ?" Kata polisi. Si tokoh ini berkeras tidak mau.
Lha, dia sudah dibayar banyak, nanti bisa wan prestasi bisnis selanjutnya bisa
gak jalan lagi.
Mentok negosiasi, polisi mulai jalankan planning B. Gambar2
itu sulit dijadikan bukti hukum kuat, tapi ada satu senjata pemusnah massal
jika gambar itu beredar yaitu hancurnya performa suci yang selama ini dibangun
susah payah.
Karena polisi tidak mungkin menyebarkan, maka dibuatlah
seolah-olah ada "anonymous". Dengan nama anonymous ini, beredarlah di
dunia maya chat yang membuat seorang kakek - yang sudah mati segan hidup
setengah mati - bisa bangkit dan muda kembali.
Maka mulailah sesi penghancuran karakter paling ganas di
abad ini.
Perlahan kesucian itu ditelanjangi sebulat-bulatnya dengan
beredar luas percakapan itu. Bully-an massif membuat harga diri jatuh ke dasar
bumi. Polisi sudah diatas angin.
Untuk menepis kabar yg sudah beredar luas itu, pertahanan
terakhir -meski sangat lemah- adalah membuat baliho dimana2 dengan tema
"Bela Ulama".
Akhirnya sang tokoh menyerah. Ia datang ke salah satu
menteri dan minta supaya tidak di kriminalisasi. Seperti tikus, ia sebenarnya
memang digiring ke sang menteri karena disanalah sebenarnya kunci jawaban dan
jalan keluarnya.
"Oke, saya bisa stop kasus itu. Tapi dengan syarat bla
bla bla..". Kata sang menteri. Kali ini si tokoh kontroversial tidak bisa
mengelak. Kacau kalau gambar2 itu beredar di dunia maya. Jejak digital bisa
jadi jejak abadi. Masak satu waktu cicit2nya melihat eyangnya sedang dalam
posisi sama seperti waktu mereka masih bayi ?
Maka sang menteri berjanji akan menjaga nama baiknya dengan
catatan ia harus bekerja sama. Pertama, sang tokoh harus menghentikan aksi
massa. Dan kedua, jika masih ada aksi beritahu siapa tokoh2nya.
Maka sang tokoh pulanglah dengan hati lega sambil mendengar
lagu obbie messakh, "malu aku malu, pada semut merah.. yang berbaris di
dinding, menatapku curiga.."
Ia kemudian meminta kelompoknya untuk tidak melakukan aksi
besar lagi.
Tapi ada tokoh2 lain yang tidak setuju dengannya. Mereka ini
jauh lebih radikal dan punya agenda sendiri. Tokoh lain ini memaksa untuk buat
aksi yang lebih frontal yang sempat tertunda, yaitu jatuhkan sang Presiden.
Karena menghentikan tidak bisa, maka jalan satu-satunya
membiarkan aksi itu dilaksanakan. Tapi kali ini sang tokoh tadi menjadi kaki
tangan polisi.
Ia memetakan apa yang akan terjadi dan mengirimnya melalui
pesan rahasia seperti film2 spy Hollywood. Kadang pake celana dalam bekas
sebagai kode dan dijemur dengan merk di luar. Polisi juga menyamar sebagai
pedagang tahu bulat dan siap mengambil cd bekas yang dijemur itu. Canggih lah
strategi pertukaran informasi mereka...
Dan kita tahu akhirnya aksi 313 bisa diredam dan penjahat
sebenarnya bisa diamankan...
Begitulah kenapa Firza Hots dan Kak Emma sampai sekarang
tidak pernah lagi keluar.
Dapat kabar bahwa ternyata kode2 di cd bekas itu di merknya.
Kalau HINGs artinya Hari Ini Nasi Gorengs. Maksudnya, sedang
ada pertemuan tertutup. Kalau RIDER artinya Rasanya peDes tapi segER. Yang
maksudnya target sudah ditentukan untuk masuk gedung DPR.
Dan polisi yang menyamar sebagai pedagang tahu bulat memberi
kode, "tahu bulat digoreng dadakan... 500 saja.". Maksudnya, siapa
yang menggerakkan?.
Kode polisi langsung dijawab dengan cd bekas yang disobek di
jemuran, artinya "si Khottot".
Ribet kan permainan intelijen itu?. Lebih mudah seruput kopi
sebenarnya.