![]() |
Ilustrasi |
Postingan saya tentang Zakir Naik
rame banget.. maksudnya rame yang menghujat hehe.
Dulu saya ingat, suka sekali
mengamati perdebatan antara Muslim vs Kristen di forum facebook. Dan disana
perang ayat dari masing-masing kitab suci dengan nada masing-masing melecehkan
kitab lawan.
Akhirnya yang ada bukannya
pencerahan, tapi saling menghujat, menghina bahkan ada gambar-gambar yang tidak
pantas keluar. Saya sendiri heran waktu itu, bagaimana bisa mereka bicara
tentang sesuatu yang dianggap suci dengan bahasa yang begitu kotor?
Hanya waktu itu saya belum
mengerti benar bagaimana menyikapinya. Dan karena bosan dengan semua hujatan
yang keluar, saya keluar saja dan lebih baik bertanya sendiri tentang kehidupan
melalui banyak peristiwa.
Semakin lama saya semakin tahu,
bahwa memahami kitab suci hanya dari terjemahannya saja adalah kesalahan besar.
Karena dibalik penyampaian ayat itu ada -di Alquran disebut- asbabun nuzul,
atau sebab musabab ayat itu diturunkan. Jadi ternyata untuk memahami sebuah
teks, harus mengerti konteksnya juga bukan sembarang menafsirkan.
Begitupun konteks bukan jalan
akhir, karena ayat itu kan turun ribuan tahun lamanya. Bisa jadi manusia
sekarang salah memahami maksud karena tidak mengerti situasinya. Itulah makanya
dalam ilmu penafsiran ada ilmu lughat, nahwu (tata bahasa), sharaf (perubahan
bentuk kata), akar kata, keindahan bahasa dan banyak lagi.
Wah mumet rupanya untuk
menafsirkan satu ayat saja demi mengetahui maksudnya. Dan saya yakin, ini juga
terjadi di agama lain.
Jadi, ngapain coro-coro yang saya
lihat dulu saling menghujat itu, berdebat hal yang bukan keilmuannya? Pantas
saja, dari mereka keluar kata-kata kotor karena memang niatnya sudah kotor.
Mengupas ayat hanya untuk menjatuhkan.
"Sial..." Kata saya
sambil membanting sendok sesudah selesai mengaduk secangkir kopi. "Jadi
dulu itu gua menghabiskan waktu hanya untuk melihat si bego debat ama si
goblok?". Pantes gua gak makin pinter.. Itu ibarat nyontek saat ujian ma
orang yang menjawab soal dengan mengarang bebas. Wong sama bodonya.
Makanya kalau liat Zakir Naik
mulai bicara kitab agama lain hanya berdasarkan terjemahannya saja, saya langsung
geleng-geleng pantat. Mau seruput tapi kok dah malem.