![]() |
Panglima TNI |
Bagaimana cara membedakan seorang
ustad itu radikal atau bukan? Sejak 2011 saya sudah berteriak
di medsos, "hati-hati virus wahabi..." tetapi tidak pernah didengar
bahkan sampai sekarang dimusuhi oleh teman-teman karena dianggap memecah belah atau
mengadu domba Islam.
Tidak banyak yang paham bagaimana
sebuah virus berbahaya menumpang dalam agama Islam dan menyebarkan kerusakan di
seluruh dunia. Bahkan ketika ISIS sudah memamerkan kekejamannya, masih banyak
yg belum mampu membedakan mana ustad yang radikal dan yang bukan..
Banyak orang terjebak aksesoris
yang dipakai seseorang. Jika dia bersorban, bergamis, megang tasbeh dan
mulutnya sering melontarkan bahasa2 arab, maka gelar ustad pun disandangkan
kepadanya.
Jadi wajar ketika teman-teman
masa kecilku yang dulunya sosialita kelas berat, tiba-tiba menjadi ekstrim
waktu ikut sekali dua pengajian. Kekosongan pemahaman mereka tentang agama
membuat mereka mudah dicuci otak untuk membanggakan diri mereka sendiri dan
golongan dengan merendahkan orang lain. Dan itu juga terjadi di
lingkungan Polri dan TNI...
Keinginan untuk belajar agama di
lingkungan aparat banyak dimanfaatkan ormas-ormas radikal untuk masuk dan
menyusupkan sel-sel mereka di dalamnya. Dengan menyamar sebagai ustad atau
ulama, mereka dengan mudah menyihir pemahaman sebagian aparat yang masih lemah
akal. Yang terjadi kemudian adalah
perlindungan diberikan kepada pentolan ormas yang mereka sebut
"ustad".
Situasi ini berlangsung lama
bahkan dipelihara belasan sampai puluhan tahun lamanya. Sampai akhirnya kita tersentak
dan sadar, bahwa ternyata virus intoleran itu sudah masuk ke dalam sendi-sendi
hidup kita, tidur didalamnya dan bergerak memakan kita pada saatnya.
Peristiwa hampir pecahnya anak
bangsa karena politisasi masjid membuat kita sadar bahwa tempat ibadah sudah
bukan lagi tempat yang aman untuk mendapatkan ketentraman. Justru disanalah
mereka bersarang..
Saya mendengar Kepolisian
baru-baru ini membersihkan masjid2 mereka sampai tempat mengaji keluarga mereka
dari ajaran Islam radikal yang dibawa oleh "ustad2" yang sudah lama
bercokol disana.
Jadi saya memaklumi, bahwa
kepolisian masih agak gamang ketika menyelesaikan persoalan yang membawa2 agama
bahkan cenderung melindungi intoleran seperti di Solok. Kepolisian sudah begitu
lama berada di bawah pengaruh sihir mereka..
Dan saya lega ketika Panglima TNI
juga sudah mengeluarkan pernyataan, bahwa mereka yang sering mencaci maki dan
memecah belah meski bersorban jangan dianggap sebagai ulama.
Meskipun agak telat menyadari,
tetapi setidaknya sudah ada identifikasi jelas mana ulama dan mana bukan
sehingga tidak mudah begitu saja memasukkan orang untuk mengajarkan hal yang
belum kita ketahui tanpa tahu latar belakang orang itu sendiri.
Bersih-bersih unsur radikalisme
dalam tubuh Polri dan TNI sangat penting karena mereka penjaga keamanan dan
ketertiban kita. Kalau mereka rusak, kita bisa rusak juga..
Nah, bagaimana BUMN ? Disana
kecoaknya gede-gede lho.. Coba sekali2 para pejabatnya turun ke masjid dan
lihat seperti apa para pengurusnya disana..
Atau pejabatnya juga malah yang
men-support mereka ? Gebuk aja bu Menteri. Masak harus pak Jokowi lagi yang
turun tangan..