![]() |
Medsos |
Saya baru mengerti arti kata
buzzer mungkin di tengah tahun 2016. Buzzer itu bisa berarti orang
bayaran yang tugasnya mengangkat atau menjatuhkan seorang tokoh melalui
tulisan. Tarifnya tergantung seberapa banyak followernya.
Perkembangan dunia media sosial
ini memang sangat menarik. Mereka yang aktif di dunia medsos, pada tahun
2010-an di stigmakan sebagai pengangguran.
Memangnya siapa yang bisa kerja
kantoran ketika hampir 24 jam online di internet ?
Dulu sayapun sering dituding
pengangguran, dalam artian sama sekali tidak berusaha untuk mencari
penghasilan, karena begitu aktifnya update status di fesbuk.
Tudingan yang membuat saya heran,
apa mereka gak tahu ya bahwa fesbukan bahkan bisa sambil nongkrong di wc sambil
ngeden santai atau iseng sambil menunggu klien datang ?
Semakin kesini, tudingan pun
berubah. Karena kesibukan yang tinggi, saya jadi jarang nongkrong dengan teman
lama. Dan dari semula menjadi pengangguran, saya dituding jadi jutawan. Pada
waktu kampanye Ahok, saya dibilang sebagai buzzer dengan bayaran miliaran.
Dan sekarang, saya malah di
bilang dapat duit dari Luhut Binsar Panjaitan bermiliar-miliar.
Saya sendiri sampai sekarang
belum pernah memegang uang miliaran. Kalau sudah, mungkin saya sudah fesbukan
di Swiss atau Italia sambil melihat2 gereja tua seperti di film Da Vinci Code,
sebagai cita-cita.
Tapi saya tidak menyalahkan orang
yang menuding. Karena nyatanya, ada memang yang seperti itu bahkan sangat
terorganisir seperti grup Saracen. Ada juga anak muda yang katanya kaya karena
memproduksi fitnah di blognya.
Bahkan ada yang memanfaatkan
ketenaran namanya di medsos untuk menggali dana sedekah dengan penghasilan 30
persen dari setiap dana yang ada.
Entah kenapa - saya merasa hina
ketika harus mengangkat atau menjatuhkan nama seseorang hanya karena bayaran.
Ketika harus bicara tentang seorang tokoh, itu memang karena dia terbaik buat
saya.
Masak orang baik gak boleh di
promokan, sedangkan orang jelek tiap saat wajahnya nongol di permukaan?
Buzzer bisa jadi penghasilan yang
bagus tiap bulan. Tinggal milih tokoh mana yang banyak duitnya dan royal,
langsung beri dukungan meski hati nurani melawan. Toh, lama2 juga cinta karena
sudah terbiasa. Tai kucing rasa mocca, kata seseorang.
Meskipun sedikit, saya yakin
masih ada orang-orang idealis yang memanfaatkan medsos ini dengan bjiak.
Kalaupun ia akhirnya mendapat penghasilan dari medsos, itu bukan karena dibayar
seseorang, tetapi karena sering diundang menjadi pembicara.
Buzzer sudah menjadi industri
sekarang. Akunnya sudah bukan lagi menjadi akun privat yang menyuarakan
"apa yang kamu pikirkan", tetapi "pesanan siapa yang harus kamu
suarakan".
Meski jika pesan yang disampaikan
positif dan berisi kebenaran sebenarnya tidak masalah, tetapi arti kata buzzer
menjadi negatif karena sudah menjadi pabrik hoax dan fitnah yang dikelola oleh
generasi yang mencari makan dari kebodohan seseorang.
Pada akhirnya kita bertanggung
jawab terhadap apa yang kita perbuat. "Keadilan Tuhan itu Maha detail,
perhitungannya di akhirat jauh lebih ketat dari akuntan publik di dunia.."
Kata temanku.
Jadi siap-siap saja nanti,apa
yang kita dapat akan ditanya "buat apa? apa didapat dari kebaikan dan
keluar juga buat kebaikan?"
Buzzer. Memang keren sih
julukannya. Cuman waktu awal saya geli aja. Kok kesannya kayak vibrator ya ?
Buzzz.. buzzz.. terus geli-geli basah. Dah malam, saatnya seruput kopi
Vietnam dan siap menjadi auto-komunis.