![]() |
Jonru Ginting |
Saya lupa kapan saya akhirnya
tahu nama Jonru.
Mungkin sesudah pilpres 2014.
Ketika itu teman-teman kecil saya banyak yang menshare postingannya dia. Atau
ketika saya buat status, banyak teman-teman yang komen tentang statusnya dia.
Dari situ saya mengenal Jonru
yang ternyata orang Batak juga seperti saya. Hanya saya Batak positif, karena
rajin belajar, bukanlah congkak dan bukanlah sombong..
Saya fine-fine saja di awalnya
karena toh dia bebas menuliskan apa saja di statusnya. Saya juga sedang asik
menulis status renungan pada masa-masa itu.
Saya baru bereaksi ketika Jonru
secara terang-teramgan menghina Presiden Jokowi dengan menghantam orangtua
beliau, terutama bunda yang dicintainya. Jonru secara tidak langsung menuding
bahwa ibunda Jokowi yang sekarang bukanlah bunda yang sebenarnya.
Bagaimana bisa orang menjadi
begitu kejam ? Begitu pikir saya pada waktu itu. Apa salah bunda Jokowi
kepadanya sehingga layak dituding seperti itu ?
Geram dengan kelakuan Jonru yang
semakin lama semakin kurang ajar tanpa ada reaksi dari pihak aparat, saya pun
bereaksi dengan mem-bully dia secara sindiran.
Meskipun begitu Jonru bisa
dibilang hebat karena tidak secara konfrontatif membalas postingan saya tentang
dia. "Saya tidak ingin ada orang terkenal dengan memanfaatkan nama
saya.." begitu kalau tidak salah isi komennya yang di screenshoot seorang
teman dan dikirim kepadaku.
Wah, jadi Jonru mengangap dirinya
orang terkenal.. Okelah kalau begitu.
Dan - entah kenapa - sayapun
sering disandingkan dengan dia, sebagai antitesa. Mungkin karena sama-sama
Batak, jadi disebut All Batak's Final.
Jonru memang fokus
meng-kapitalisasi namanya.
Di pagenya dengan 7 juta follower
versi 212 itu, dia mengundang orang untuk memasang iklan dengan bayaran. Karena
segmen market pagenya yang masuk demograsi S - senang tidak, susah belum tentu
- maka dia hanya bisa jualan barang2 kebutuhan utama followernya, seperti sprei
anti ngompol dan obat nyamuk.
Saya tidak tahu berapa
pendapatannya dengan menjadikan page-nya sebagai toko kelontong. Lama-lama dia
memperlebar usahanya dengan konsep sedekah, yang mengutip sekian persen dari
uang sedekah, sebagai biaya admin katanya...
Disanalah dia mendapat
penghasilan sehari-hari untuk memberi makan keluarganya karena seminar
"bagaimana menulis dengan benar" yang dia adakan - kabarnya -
pesertanya hanya dihadiri 11 orang saja. Itupun 10 diantaranya adalah panita.
Semakin lama saya bukannya kesal,
tapi malah merasa kasihan...
Jonru harus terus berada pada
posisi berlawanan dengan pemerintahan sekarang, kadang dengan tulisan dan meme
yang sangat menghina - supaya pagenya tetap dikunjungi orang.
Coba saja bandingkan status-nya
ketika dia menghina - yang dibilangnya mengkritik - langsung di like puluhan
ribu orang, dengan tulisan tentang sedekah yang mampir segan ngelikepun jarang.
"Dia butuh uang buat
makan..." begitu kata saya kepada seorang teman. Jonru semakin lama
menggali kuburnya semakin dalam karena page-nya harus tetap bertahan untuk
aktif. Dan apalagi yang harus dia lakukan jika tidak membuat status yang
kontroversial ?
Dan dia juga harus mempertahankan
brand-nya sebagai musuh Jokowi, karena itulah yang membuatnya tetap bertahan.
Coba saja dia sekali-sekali memuji Jokowi atas prestasinya, pasti dia akan
ditinggalkan penggemarnya..
Jadi akhirnya bisa saya
simpulkan, bahwa Jonru harus mengikuti pasar. Pasar-lah yang membentuknya. Dia
menulis bukan karena dia ingin menulis, tetapi karena dia harus mempertahankan
klien-nya. Karena pengunjung di page adalah periuk nasinya.
Jonru bukan lagi menjadi
"apa yang saya pikirkan" tetapi "apa yang bisa memuaskan
pasar". Kasian, kan ?
Tapi yah itu memang jalan yang
dipilihnya dan sayapun meninggalkan dia tanpa pernah berkomentar lagi terhadap
apa yang ditulisnya. "Satu saat dia akan menuai apa yang dia terima.."
Begitu bisikan hatiku sambil minum kopi di warung tiga rebuan.
Lama tidak melihatnya karena
teman2 saya tidak ada lagi yang menshare statusnya, akhirnya saya mendapat
kabar dia muncul di tipiwan sebagai pembicara.
Dan hebohlah jagad medsos dengan
kemunculannya di tipi dengan bodi gagah, suara tegas menggelegar dan janggutnya
yang semakin lama semakin panjang bak perisai. Jonru bisa disamakan dengan Thor
tapi versi bumi datar.
Saya jadi teringat komen seorang
penggemarnya pada waktu itu. "Bang Denny itu iri karena followernya kalah
banyak sama Jonru.."
Saya tersenyum saja sambil
membalas dengan tenang. "Kalau ukuran kebenaran hanya dari berapa banyak
followernya, kabarnya iblis punya follower banyak nanti di neraka. Jadi kamu
menyamakan Jonru dengan iblis ?"
Ah, semoga Jonru tetap ada suoaya
bisa menjadi hiburan buat kita semua.
Kalau orang itu dikenal sebagai
visioner, Jonru bisalah kita bilang sebagai terbalikioner. Kalau visioner
selalu berfikir "keluar kotak", terbalikioner jarang berpikir karena
"otaknya kotak".
Seruput yuk, Ginting?