![]() |
Malaysia Vs Indonesia |
Rasanya ada yang kurang kalau gak
membahas kekalahan Indonesia melawan Malaysia di sepakbola tadi. Sebagai
seorang komentator berpengalaman, saya ingin memberi sedikit ulasan dan
analisa-analisa ciamik kenapa kita kalah. Komentator kan harus berkomen, biar
eksis. Menang kalah itu urusan pemain.
Baik, kita mulai dari penyerang.
Penyerang di timnas Indonesia itu
serangannya kurang tajam dan tampak ragu ketika berada di depan gawang lawan. Seharusnya
penyerang mencontoh ketegasan First Travel yang sekali menggolkan langsung
dapat ratusan miliar dan korban puluhan ribu jamaah.
Strategi serangan massal ini
patut dipelajari dengan cermat. Apalagi First Travel kelasnya sudah
internasional. Warga Saudi saja ditipunya 24 miliar rupiah. Timnas jangan terus
pake gaya Kanjeng Dimas Taat Pribadi yang maenannya sebatas lokal-lokal aja.
Salah satu kelemahan lain dari
penyerang kita adalah selalu panik jika di depan gawang lawan.
Ini mungkin karena ada
jampi-jampi dari pihak lawan sehingga penyerang langsung melihat wajah kiper
berubah menjadi wajah istri di rumah yang galaknya melebih singa apalagi ketika
sempat terlontar ucapan tanpa sengaja, "Mah, katanya poligami itu
sunnah..."
Semakin panik ketika si kiper eh
si istri menjawab, "Poligami tidak semudah memuntahkan spermamu ke lobang
yang baru, pah!!" Bayangkan..
Oke, sekarang kita lihat pemain
tengah.
Pemain tengah ini juga lemah.
Selalu lari tapi jarang dapat bola. Sekalinya lari agak jauh gak kembali lagi.
Kalau ditanya rekan satu tim, "Si tengah kemana?" Trus dijawab,
"Katanya umroh, tapi kok gak pulang-pulang".
Pemain tengah ini juga terlalu
cepat puas. Setiap penyerang hampir meng-golkan, langsung sujud syukur
bersamaan. Padahal masih hampir, belum gol beneran. Mereka selalu lupa,
"Ini maen bola, bukan Pilpres kawan".
Bek atau pemain belakang juga
selalu lupa memainkan strategi Hambalang. Ini strategi cantik, yang memainkan
pola "Bangun dan tinggalkan". Dengan pola ini, mereka bisa
memangkrakkan penyerang lawan, sampai terkapar.
Kalau sudah terkapar, trus datang
ke wasit dengan wajah memelas, "Saya prihatin.." supaya bebas dari
kartu kuning yang sudah disiapkan.
Penjaga gawang juga kurang
lihai...
Kalau gak ada serangan, mereka
malah duduk sampe ketiduran. Gak bergerak, kalau gak ada setoran. Ini kiper apa
anggota DPR sih, bang? Dan kalau kebobolan, selalu salahkan Jokowi. Kalau gak
salah Jokowi, salahkan Tuhan. "Ini ujian..." sambil tertunduk lesu
membetulkan tali kutang.
Pelatih saya rasa juga sangat
kurang dalam memainkan strategi lapangan. Lah pola permainan selalu kalau gak 4
1 1, pake yang 2 1 2. Padahal ini kan kesebelasan, pola bermainnya kok cuman
buat pemain 5 orang?
Dan pelatih selalu bingung
menentukan strategi permainan bertahan atau menyerang. Untuk pola melawan
Malaysia tadi, pelatih menggunakan strategi menggelinjang. "Bayangkan
gawang itu seperti tante Sonya, Johan..." perintahnya kepada penyerang.
Ini pasti pelatih yang mengalami
masa remaja tahun 90-an, yang sekolahnya duduk di bangku belakang sambil
membaca stensilan dengan halaman sobek di belakang.
Saya rasa itulah kenapa Indonesia
kalah melawan Malaysia. Padahal cukup mudah melawan Malaysia kali ini, soalnya
mereka pake sempak aja terbalik semua. Gitu kok mereka bisa menang?
"Wasitnya pasti dibayar!!"
Teriak temanku dengan sangar. Ya iyalah, kalau gak dibayar sapa yang mau jadi
wasit coba?
Begitulah hasil analisa ciamik
pertandingan sepakbola berdasarkan pengamatan seorang pelatih renang. Semoga
secangkir kopi malam ini menenangkan, sambil berfikir model sedekah apa lagi ya
yang bisa dilakukan supaya bisa dapat komisi 30 persenan? Serufutttt...