![]() |
Changes |
Dulu awal main di facebook,
banyak teman saya yang melecehkan. "Kerja woiii fesbukan terus. Fesbuk itu
dunia maya, lu hidup di dunia nyata. Mending ngerjain yang pasti-pasti aja.
Zaman gini masih fesbukan? Mau jadi apa?".
Saya bingung dengan komen mereka.
Konsep kerja bagi mereka adalah ketika pagi sibuk menyiapkan diri, siang
istirahat makan siang, sore pulang ke rumah dan sabtu minggu istirahat bersama
keluarga. Begitu terus setiap hari selama bertahun-tahun.
Sedangkan saya kerja dengan
santai, nongkrong di tempat kerja teman-teman, makan siang di meja mereka dan
malam keluyuran. Saya tidak butuh karir, tidak butuh gelar dan jabatan, yang
penting uang makan keluarga aman. Begitu sederhana.
Ada titik dimana saya sudah tidak
punya target lagi dalam kehidupan, kecuali berguna bagi banyak orang. Tuhan
pernah "menghajar" kesombongan saya yang selalu berbicara dari sisi
material. Pada akhirnya saya sadar dan membuang semua ukuran yang didasari
kesepakatan manusia.
Saya juga tidak tahu kenapa dulu
saya senang sekali fesbukan. Mungkin karena pada dasarnya saya suka ketemu
orang baru. Orang-orang baru dengan karakter yang berbeda, ilmu yang berbeda
dan dengan semua latar belakang mereka.
Itulah kenapa saya sering buat
status, sekedar untuk memancing mereka datang berkunjung. Ketawa sama-sama,
belajar sama-sama sampai pada akhirnya kami bertemu dan menjalin persahabatan
bersama-sama.
Tiba-tiba teman saya menjadi
begitu banyak. Hidup saya menjadi tidak sempit karena mereka ada dimana-mana,
di seluruh wilayah Indonesia, bahkan banyak juga yang tinggal di luar negeri.
Bahkan dari pertemanan itu kami
bekerja bersama, sampai membuat perusahaan bersama. Baboo - perusahaan startup
yang sedang saya bangun - juga adalah karena pertemanan yang dijalin di fesbuk
awalnya. Partner-partner kerjanya juga saya dapatkan di fesbuk..
Kalau sudah begitu, apa bedanya
dunia maya dan dunia nyata? Bedanya ternyata ada di kemampuan berfikir ke
depan.
Teman-teman saya -yang sampai sekarang
masih begitu-begitu aja- menolak menggunakan teknologi ke depan hanya karena ia
sibuk dengan apa yang dia lakukan sekarang. Sedangkan saya, menyambut apa yang
terjadi di depan dengan menggunakan teknologi sekarang..
Kemampuan memanfaatkan teknologi
yang ada dengan positif adalah kuncinya. Karena fesbuk adalah platform media
sosial, maka potensi terbesarnya disana ada di membangun jaringan pertemanan,
networking bahasa kerennya.
Dari pertemanan atau bahasa
syariahnya silaturahmi itulah banyak muncul hal-hal baru karena ketika ide di kepala
yang berbeda bersatu pasti ada saja yang bisa dikerjakan.
Sekarang saya sudah berada pada
titik tertinggi cita-cita saya, yaitu bekerja tanpa waktu kerja rutin sambil
pake kaos, jeans dan sepatu kets di kantor. Dan itu saya terapkan di Baboo
karena saya penuntut isi kepala bukan aksesoris belaka..
Banyak hal yang menyenangkan dari
sisi teknologi, semua tergantung bagaimana sikap kita memandangnya. Mulailah
berteman dengan teknologi ke depan daripada bersikap memusuhinya...
Setuju, Jon? Seruput kopi dulu...
"Sa sa saya... jualan sprei
dulu..."