![]() |
Jokowi-Setnov-Dedi Mulyadi |
Memang Setya Novanto itu belut yang sangat licin..
Ada sekitar 6 kasus korupsi dimana ia diduga terlibat
didalamnya. Mulai dari kasus pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali, papa
minta saham, sampai - yang terbaru - korupsi e-KTP.
Tapi tidak ada satupun kasus yang bisa menyentuhnya. Bahkan
dalam kasus e-KTP meski KPK sudah menetapkan ia menjadi tersangka, pengadilan
malah membebaskannya.
Setnov -di dunia superhero- adalah seorang DeadPool, yang
sulit sekali matinya. Ia seperti kucing yang punya 9 nyawa. Dalam seni politik
kotor, dialah ahlinya.
Tapi yang sulit dihindari adalah semakin lama namanya
semakin memburuk. Nama Setnov di mata masyarakat sudah identik dengan koruptor.
Dan ini berbahaya bagi Jokowi dalam menghadapi Pilpres 2019
nanti..
Seperti kita tahu, Golkar sekarang menjadi partai utama
pendukung Jokowi. Golkar menempati posisi kedua dalam perolehan kursi di DPR
RI, sebanyak 14, 75 persen.
Dalam sisi kekuatan, Golkar adalah partner yang kuat baik
dalam pencapaian peroleh suara di Pilpres 2019 maupun di parlemen.
Permasalahannya ada di Setnovnya..
Dengan "cap sosial" sebagai seorang koruptor -
meski belum terbukti secara hukum - Setnov adalah kartu mati bagi Jokowi. Pihak
lawan akan memanfaatkan stigma Setnov sebagai serangan kuat bahwa "Jokowi
melindungi koruptor".
Jokowi dan Setnov memang pribadi yang berbeda.
Jokowi begitu sederhana dengan nilai bersih dalam penanganan
korupsi - bahkan keluarganya saja dijauhkan dari bisnis dengan pemerintahan,
sedangkan Setnov terkenal dengan gaya borjuisnya, ditambah berita bahwa ia
memiliki pesawat pribadi seharga 160 miliar rupiah.
Ketika disandingkan keduanya dalam satu kotak, maka
nilai-nilai yang sudah dibangun Jokowi akan luntur. Publik - para pendukung
Jokowi - akan melemah ketika dipaparkan bukti bahwa Jokowi masih mempertahankan
Golkar versi Setnov sebagai partai pendukungnya.
Sudah seharusnya Setnov diganti dengan tetap mempertahankan
Golkar sebagai partai pendukung. Golkar harus terlihat sebagai partai yang
ingin berbenah diri dari stigma kotor yang selama ini menaunginya.
Di tubuh Golkar sendiri sekarang sedang bergejolak..
Situasi panas ini dipicu keluarnya surat dukungan -katanya
bodong- dari DPP Golkar kepada Ridwan Kamil sebagai Cagub Jabar. Surat itu
bertanda-tangan Setnov sebagai Ketua Umum Golkar, juga dari Sekjen Golkar.
Dan Dedi Mulyadi -sebagai Cagub Jabar yang didukung oleh
Golkar se-Jabar mengungkapkan ada praktek "makelar" dalam tubuh elite
Golkar. Dia diminta 10 miliar rupiah sebagai bentuk "partisipasi"
kalau mau mendapat restu pusat.
Dedi Mulyadi menggerakkan kader Golkar dari akar rumput di
Jabar, untuk mulai "bersih-bersih" di Golkar.
Sebagai ketua DPD Golkar Jawa Barat, ia ingin mempelopori
"Golkar bersih dari Makelar" yang sudah memakan korban para pejabat
daerah dari Golkar yang keciduk KPK, karena mereka dipilih DPP Golkar
berdasarkan "berapa yang mereka bayar", bukan berdasar "seberapa
besar kapabilitasnya".
Dan kabar terakhir, untuk aksinya itu, Dedi Mulyadi diancam
dipecat dari partai Golkar..
Pakde Jokowi harus benar-benar memperhatikan situasi ini,
jika ingin sukses di Pilpres 2019 nanti. Ia harus mencari partner yang tepat -
yang sama2 punya kepedulian terhadap pemberantasan korupsi. Golkar harus
dipimpin oleh Ketua Umum yang punya visi yang sama dengannya, sama2 anti
korupsi, sederhana dan berjuang dari masyarakat bawah.
Jika ingin nama Golkar kembali bersih, harus ada campur
tangan kuat menjadikan orang seperti Dedi Mulyadi menjadi Ketua Umum Golkar.
Dengan begitu, nama Golkar akan kembali bersih dan menjadi partner yang
menguatkan daripada melemahkan.
Jika itu bisa terjadi, maka nama Jokowipun akan naik kembali
dan citranya sebagai Presiden anti korupsi menjadi lebih kuat. Simpati publik
tercapai dan lawan akan sulit menemukan sasaran tembak yang tepat..
Setnov adalah produk lama yang tidak hits lagi di jaman now.
Harus ada orang muda yang bisa seiring dan sejalan dengan Jokowi untuk
melangkah bersamanya ke depan. Dan orang itu harus mewakili pesan yang ingin
disampaikan bukan malah merusaknya..
Pilpres masih dua tahun lagi, tapi setidaknya mulai
memperbaiki langkah sekarang. Kalau Jokowi kalah, kasihan para pendemo sudah
gada lagi kerjaan. Darimana mereka dapat uang, jika tidak berpanas-panas di
jalan?
Pakde Jokowi, tolong ini diperhatikan. Ini masalah perut dan
potensi hilangnya lapangan pekerjaan...
Seruput dulu, Pakde...