![]() |
Bersyukur |
“Kenapa sulit sekali
mencari peluang usaha?”.
Seorang teman
mengeluhkan bagaimana sulitnya dia mencari peluang usaha saat ini.
Hidup seakan tidak
bersahabat dengannya. Dia yang dulu seorang kontraktor kelas menengah proyek
pemerintahan, sekarang tersingkir habis karena begitu sulitnya mengikuti
persyaratan.
Kuajak dia nongkrong
sejenak minum kopi karena biasanya dalam secangkir kopi banyak cerita menarik.
Aku pernah mengalami
situasi yang mirip dengannya dulu. Betapa sulitnya mencari peluang ketika
usahaku terhempaskan. Seperti jatuh dari tebing dan tubuh meluncur deras ke
karang tanpa ada satupun ranting yang bisa kupegang untuk bertahan.
Hari-hariku penuh
amarah. Keluh kesah membabi-buta bahkan kubawa sampai ke rumah. Aku sebenarnya
sedang memaki diriku sendiri yang tidak berdaya, tapi orang sekitar yang
terkena.
Sampai pada satu waktu
aku bertemu teman lamaku. Dan dia menegurku kenapa wajahku selalu tertekuk?
Dan akhirnya kucurahkanlah segala gelisahku kepadanya.
Dia tertawa. Keras
sekali. Aku sampai heran, bagaimana bisa dia mentertawakan situasiku yang
sedang pahit?
“Bagaimana kamu bisa
melihat peluang dengan semua kegalauanmu? Ya pasti sulit, karena akalmu sedang
diliputi awan hitam yang sinar matahari saja sulit mencari celah masuk. Jikapun
ada peluang datang tepat di depan matamu, kamu tidak akan bisa melihatnya malah
menjauhinya..”
“Lalu bagaimana cara
bisa melihat sebuah peluang ?” Tanyaku dengan heran.
Akhirnya temanku
tersenyum sambil menyeruput kopi panasnya.
“Bahagiakan dirimu.
Bukan bahagia yang berpura-pura tetapi benar-benar bahagia. Kebahagiaan itu tidak bisa
dicari, ia hanya bisa diciptakan dalam diri..”
Senyumnya
menenangkan..
“Kebahagiaan itu
seperti magnet, ia akan menarik kebahagiaan-kebahagiaan lain di sekitarnya.
Bahagia akan membuka celah di ruang akal yang tertutup kabut, sehingga cahaya
bisa masuk. Dengan semakin tipisnya kabut yang menyelimuti akal, maka pandangan
akan menjadi lebih terang sehingga peluang pun terlihat bertebaran di
sekitar..”
Wah, menarik juga
teorinya. Tapi ada satu yang harus kutanyakan lagi padanya, “Bahagia apa yang
tidak berpura2 ?”
Diseruput kopinya
sampai tandas dan ia mendekatkan wajahnya kepadaku. “Bersyukurlah selalu dalam
hidupmu, di setiap langkahmu, di setiap tarikan nafasmu.
Bersyukur, bukan lagi
bersabar.
Itulah pusat
kebahagiaan sejati karena pada akhirnya kita paham bahwa dalam kesulitanpun
selalu ada nikmat disana..”
Dan benar, aku
merasakan betul perubahan dalam hidupku baik secara material maupun spiritual
ketika mengikuti kata-kata temanku. Dan akan kubagikan ke temanku kontraktor
ini. Semoga dia bisa menjadikannya pegangan dalam kesulitan.
Secangkir kopi lagi
terhidang. Ini malam yang panjang...