![]() |
Air Mancur |
Apa sih yang
dimaksud “air mancur, kehidupan pun terpancur” seperti yang dikatakan pak Sandi?
Cebong mana
ngerti.. Sini saya jelaskan dengan sederhana sekali.
Dulu pada masa
Ahok, banyak ormas tidak mendapat dana hibah. Yang mendapat itu adalah badan2
sosial dan seni seperti Yayasan Autis, Dewan Kesenian Jakarta dan lain-lain.
Ini jelas membuat ormas kekeringan, dahaga tak berkesudahan..
Akhirnya pada masa
pak Anies, dana hibah dimancurkanlah ke majelis-majelis taklim bahkan sampe ke
Laskar segala. Dengan begitu mereka akan sibuk dengan kegiatan-kegiatan
organisasi dan keagamaan, sehingga gak sempat lagi demo ini itu yang bikin
pusing kepala.
Jakarta aman dan
tentram, kan? Kehidupan pun terpancur..
Bukan hanya itu.
Selama ini kecoak-kecoak suka mengganggu kinerja pejabat. Lagi asik itung-itung anggaran, eh si kecoak gak tau diri goyang dombret di depan petinggi.
Langsung keluar
perintah, “Mancurkan pembasmian hama !!” Sret sret, 280 juta pun dianggarkan
seketika itu juga. “Kok, mahal ya ?” Kata rekanan sambil kedipkan mata sebelah,
“Lahhh, ini kecoak bung. Gak gampang matiinnya. Kalo mau, lu kejar sendiri aja
kecoaknya !!”
Kehidupan pun
kembali terpancur...
Tau-tau pas rapat
ada yang kentut. “Pssssstt”. Lemah suaranya, tapi baunya menghantam hidung yang
sedang mekar2nya. Marahlah para petinggi..
“Mancurkan anggaran
untuk pengharum ruangan !!” Sret, sret. 350 juta langsung tertuang. “Lah, kok
mahal juga ?” Rekanan sebelah kemudian menyela, “Satu kentut aja sudah segitu
baunya. Bayangkan kalau satu ruangan kentut semua??”.
DPR pun lirak lirik
ke sesama anggotanya. “Kok enak ya mereka asal sret sret gitu terus keluar
anggarannya? Gak bisa ini, harus kita revisi !” Bisik-bisik pun terjadi.
Akhirnya salah
seorang juri bicara dari mereka angkat bicara, “Ehm, saya mohon ijin bicara
bapak pemerintah..” sambil melonggarkan ikatan dasi di lehernya yang sejak
jaman Ahok memimpin sudah sangat ketat sampai mencekik lehernya..
“Melihat bahwa
begitu pentingnya masalah kecoak dan bau kentut ini, kami mengajukan kunjungan
kerja ke luar negeri untuk studi banding bagaimana cara penanggulangan yang
efektif dan efisien dari masalah ini supaya tidak membebani anggaran kita... “
“Berapa anggarannya?” Tanya petinggi.
“Cukup 108 miliar
saja, untuk ke 5 negara. Itu sudah sangat murah, karena ada diskon dari pihak
travel..”
“Baiklah kalau
begitu. Oh ya, saya titip travelnya jangan pake traveloka ya. Karena dia sudah
di uninstall banyak warga..” Sret, sret.. 108 miliar pun tertuang lagi.
“Mudah ya ternyata,
sangat kompromistis sekali pimpinan kita sekarang ini. Uuuh, coba dari dulu dia
jadi pimpinan, kita kan sudah lama bahagia..” bisik seorang anggota ke
temannya. Kembali kehidupan terpancur..
Sederhana kan
penjelasannya, bong? Gini aja gak ngerti, dasar IQ sekolam!
Sementara itu di
luar gedung pemerintah yang mewah, sekelompok warga sedang berdemo. “Daging,
daging. Kami juga berhak untuk makan daging..”
“Apakah harus saya
sret sret juga pak untuk daging ?” Tanya seorang staf..
Petinggi menjawab,
“Gak usah, kita suruh sabar aja mereka. Ini ujian dari Tuhan...”
Seruput dulu
kopinya...