![]() |
Bachtiar Nasir |
Tiba-tiba tersebarlah poster “NU
saudara kita, Banser saudara kita..”
Dalam poster itu terlihat seorang
ustad berinisial BN, sedang memeluk seseorang berseragam Banser NU. Dan
dibawahnya ada tulisan “ustad pemersatu umat”.
Saya terus terang ketawa melihat
posternya yang sudah jelas disebarkan bukan oleh Banser NU.
Supaya bisa paham, kita harus
melihat kronologinya..
Gerakan Ansor dan Banser sebagai
satu kesatuan, sudah lama menghadang paham HTI di negeri ini. Paham berbahaya
dengan mengusung agenda khilafah dan mengkafirkan Pancasila ini, bertujuan utk
menguasai Indonesia dengan menunggangi nama “Islam”.
Coba googling dengan keyword
“Ansor/Banser hadang HTI”, maka akan terlihat rekam jejak penghadangan itu
dimana-mana. Bahkan Ansor dan Banser mengikrarkan pembubaran HTI jauh sebelum
Jokowi mengeluarkan Perppu pembubaran Ormas.
Sesudah keluar Perppu, Ansor dan
Banser semakin ketat menjaga penyebaran ideologi khilafah ini. HTI terpojok dan
tidak bisa bergerak untuk melakukan pawai dan demo karena mereka sudah
bertentangan dengan hukum.
Akhirnya HTI menggunakan modus
dengan menyebar 2 orang “ustad besar mereka”, yaitu FS dan BN. Dari 2 orang
itu, yang paling berbisa adalah BN.
Rekam jejak BN terlihat jelas
ketika tahun 2012, dia keliling Indonesia membawa bendera pemberontak Suriah.
Dia juga aktif membangun kampanye penderitaan rakyat Suriah dengan tagar
#SaveSuriah, tetapi bantuan itu sejatinya mengalir ke pemberontak utk mendukung
perlawanan kepada pemerintah sah Suriah.
BN sangat aktif membangun
ormas-ormas baru sebagai kepanjangan tangan HTI. Salah satu karya terbesarnya
adalah GNPF, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI, yang mengkoordinir ribuan
orang berdemo di 411 dan 212.
Dalam acara tersebut, BN
mengambil panggung untuk mengajak orang-orang mendukung gerakan khilafah. Seruan
yang selama ini menjadi jargon HTI.
Sayangnya, gerakan itu kempes di
tengah jalan, dan HTI malah dibubarkan..
Tidak hilang akal, BN menyusup ke
ormas besar berinisial “M”. Dengan menggandeng “You know who” yang berjanji
jalan kaki Jogja - Jakarta tapi gak punya tenaga, BN mengadakan tabligh akbar
di sejumlah daerah.
Ansor dan Banser NU kembali
menghadang acara tabligh akbar yang disinyalir sebagai gerakan politik itu. BN
dengan licik memanfaatkan momen itu dengan konsep andalan dia “playing victim”.
Pasukan dunia maya-nya berteriak dan mendiskreditkan Ansor dan Banser sebagai
“ormas pembubar pengajian”.
Tahu akan diadu domba dengan
ormas M, Ansor dan Banser merubah taktik perang mereka...
Mereka setuju FS dan BN untuk
berbicara di pengajian dan tabligh akbar, tapi dengan satu syarat, berikrar
pada kesetiaan Pancasila...
Ikrar ini seperti senjata
mematikan bagi kedua pentolan HTI itu. FS lari dan tidak mau berikrar karena
ikrar itu akan membuat dia “mencurangi perjuangan HTI”. FS bukan hanya lari
tercepirit dengan belakang celana basah, tapi juga tereak2 bahwa dia di zolimi
Ansor dan Banser..
BN tidak. Dia mampu bermanuver
dengan cantik..
Ia lalu mempersilahkan orang-orang mem-videokan dirinya berikrar kesetiaan pada Pancasila. Hal yang sangat
bertentangan dengan ideologinya selama ini karena Pancasila sudah mereka anggap
berhala dan mempercayainya adalah musyrik..
Bukan itu saja, pasukan dunia
maya BN kemudian bermanuver menyebarkan poster “NU saudara kita, Banser saudara
kita”. Ia harus melakukan itu karena tidak ingin kehilangan muka sekaligus
menunggangi momen itu.
Dan momen itu digunakan dengan
baik oleh BN dengan mengangkat dirinya sebagai “ustad pemersatu umat”.
Seolah-olah dialah yang berjasa menjadi pemersatu “umat Islam”. Wah, ini jelas
menghina bibib yang gak pulang-pulang dan sudah memproklamirkan dirinya sebagai Imam
besar umat Islam.
Apakah Ansor dan Banser tertipu
dengan agenda itu ?
Jika melihat rekam jejak Ansor
dan Banser yang terbentuk bahkan sebelum negara ini menyatakan merdeka, saya
bisa katakan TIDAK. Ansor dan Banser bukan ormas kemaren sore, mereka dibangun
oleh para ulama yang menjaga negeri ini dengan seluruh jiwa raga mereka..
Ansor dan Banser sengaja
mengurung BN sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa. Istilahnya “boleh
ceramah, tapi dengan mulut terkunci”.
Dengan kawalan Ansor dan Banser
dalam setiap ceramahnya, BN tidak bebas lagi memainkan provokasi dan agenda
khilafahnya. Dia dengan sangat terpaksa, harus cerita yang adem-adem saja.. Sial,
emang.
BN belum sadar, bahwa sebelum dia
lahir, NU adalah pecatur ulung di negeri ini.
Gerakan Ansor dan Banser NU yang
seolah membuka pertahanan untuk diserang lawan, sesungguhnya adalah gerakan
mengunci dan membunuh lawan diam-diam.
Tanpa permainan catur NU, sudah sejak
lama negeri ini hancur oleh ular-ular berbisa yang mengatas-namakan agama tetapi
ingin mengoyak keberagaman kita..
BN seharusnya paham, bahwa
“Menjaga negeri adalah sebagian dari iman” sudah terpatri kuat di dada para
pemuda NU. Tidak ada yang seorangpun yang bisa mengubahnya.
Saya jadi pengen bikin pantun.
“Buah duren, buah kedondong.
Modus ketahuan, malu dong..”
Seruput kopi dulu ah, nunggu yang
kejang-kejang...