![]() |
NU |
“Banser NU kalau jagain gereja mau,
kalau pengajian di bubarkan!”.
Begitu propaganda mereka yang
disebarkan kemana-mana. Para kaum radikal dan pendukungnya ingin melemahkan
kredibilitas NU yang sedang berjuang supaya paham garis keras tidak merasuk ke
masyarakat di daerah-daerah.
baca: GUS YAQUT & ANSOR
NU paham seperti apa ketika ajaran
itu masuk melalui pengajian-pengajian, masjid-masjid dan majelis-majelis.
Pilgub DKI sudah cukup menjadi ukuran bahwa ketika ajaran garis keras masuk ke
tempat-tempat ibadah, proses cuci otak akan berlangsung.
Orang waras manapun ngeri, ketika
beberapa masjid di Jakarta tiba-tiba membentangkan spanduk “Tidak menshalatkan
jenazah untuk para muslim yang mendukung penista agama”. Dan itu bukan hanya
slogan, mereka benar-benar membuktikan dengan tidak menshalatkan jenazah sesama
muslim yang terindikasi berbeda pilihan politik.
Bayangkan ketika itu terjadi di
daerah-daerah yang tingkat pendidikannya belum setinggi Jakarta. Bisa terjadi
bentrokan antar sesama muslim ketika ada masjid yang melarang menshalatkan
jenazah bahkan melarang orang shalat disana ketika berbeda dengan mereka.
NU mencegah hal yang sama terjadi
di daerah. Mereka tidak ingin hawa panas Jakarta masuk ke daerah-daerah. Karena
itulah mereka dengan spontan menjaga wilayahnya masing-masing dari provokasi
berbahaya itu.
Disinilah terlihat begitu
pentingnya fungsi NU dalam menangkal ajaran-ajaran radikal. Aparat pemerintah
sudah pasti gamang, karena mereka tidak ingin dituding “memusuhi Islam” ketika
melarang ceramah-ceramah radikal yang dipompakan dengan gaya halus maupun kasar.
Propaganda utk melemahkan NU itu
adalah bagian kepanikan kaum radikal. Mereka jelas tidak bisa berbuat apa-apa
ketika NU menolak mereka ceramah di daerah NU.
Para kelompok garis keras itu sangat
paham kekuatan NU yang militan dalam menjaga negerinya. Untuk bentrok secara
langsung mereka berpikir panjang karena peta kekuatan jelas tidak seimbang.
Karena itulah kelompok ini
memainkan perang melalui media sosial untuk mendiskreditkan NU. Mereka tidak
bisa secara langsung menuding NU memusuhi Islam - seperti yang akan mereka
lakukan jika aparat yang melarang - karena NU sendiri Islam.
Untuung saja NU, Banser dan
Ansor, tetap pada pendiriannya untuk melarang kelompok garis keras ceramah di
tempat mereka. Mereka tidak terpengaruh dengan propaganda untuk melemahkan
mereka, bahkan itu malah menaikkan adrenalin mereka.
Jadi, jangan lagi berpandangan
bahwa apa yang terjadi di negeri ini adalah karena agama Islam suka ribut
sendiri, suka berperang dan lain-lain.
Lah, kalau bukan NU yang menjaga
negeri ini dari kelompok mereka, lalu siapa lagi? Sedangkan kita yang dengan
bangga menamakan diri silent majority, lebih banyak terdiam dan sibuk dengan
kegiatan sendiri-sendiri.
Saya yakin, NU tidak membutuhkan
penghormatan berlebih terhadap apa yang mereka lakukan. Mereka tidak gila
hormat dan meminta balas budi. Kitalah yang seharusnya tahu diri.
NU, hanya kepada kalian sekarang
ini keutuhan bangsa ini kami titipkan. Biarlah hujatan bahwa ini status mengadu
domba atau memecah belah Islam mereka luncurkan. Lebih berbahaya jika apa yang
mereka lakukan didiamkan.
Bravo, saudara-saudaraku.. Salam
secangkir kopi untukmu...