![]() |
Peserta Aksi Akbar 212 sedang kencing di taman |
Meskipun kali ini jumlah aksi
jauh lebih sedikit dari setahun lalu, tapi yang menarik jumlahnya mereka
bertambah.
Setidaknya begitu menurut mereka.
Aksi setahun lalu yang terhitung
ratusan ribu, mereka sebut 7 juta orang. Anehnya, aksi yang lebih sedikit kali
ini -karena MUI dan Muhammadiyah melarang ikut reuni- malah di kabarkan
menjadi 7,5 juta orang.
Bagaimana bisa begitu? Karena mereka
butuh propaganda. Propaganda yang mereka luncurkan sebenarnya adalah
kebohongan-kebohongan.
Seperti propaganda khilafah yang
penuh dengan kepalsuan dan janji-janji surga. Khilafah bukan lagi konsep -karena
umat awam gak bisa dijejali hal yang rumit- tapi lebih kepada utopia, atau
khayalan- khayalan kesempurnaan. Begitulah cara mereka bekerja.
Bagi masyarakat waras, tentu
ketawa melihat model propaganda mereka. Sungguh membodohkan. Tetapi ini
berhasil bagi masyarakat yang pendidikan dan wawasan kurang, para pemalas yang
ingin instan, orang kalah dan fanatik yang sulit mendapat kesempatan.
Karena itulah mereka bermain
propaganda dengan membesar-besarkan mimpinya. Tidak perduli itu benar atau
tidak, masuk akal atau tidak, fitnah atau bukan, yang penting tanamkan
kebohongan berulang-ulang supaya jadi kepercayaan.
Anda bisa bayangkan kan ketika
beberapa dari mereka berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS karena
mimpi tentang surga dan ISIS adalah tolok ukur kebenaran?
Begitulah yang terjadi.
Tapi kita harus bersyukur
setidaknya jumlah mereka makin menyusut. Dari perkiraan 450 ribu tahun lalu,
sekarang tinggal sekitar 40 ribu.
Itu karena banyak orang sudah
cerdas tidak mau dikadali oleh para kadal berbaju politik dan agama. Kecerdasan
itu memang membutuhkan tahapan pelajaran, tidak bisa tiba-tiba.
Reuni aja terus sampai 5 tahun
berturut-turut, nanti juga sisa 5 buntut. Saya cuma menemani sambil minum kopi
aja tersenyum melihat tingkah kekanak-kanakan dari orang tua yang tidak pernah
dewasa.
Seruput...