![]() |
Warga Bali |
Untuk meng-counter berita BALISUDAH INTOLERANSI disini saya berikan klarifikasi dari Bali. Dari status di
dinding Facebook Jemima Mulyandari.
Awalnya Ustad Abdul Somad Menolak Mencium
Sang Saka Merah Putih. Sejak kemarin banyak beredar pemberitaan “Bali Menolak
Ustad Abdul Somad Berceramah Di Bali”. Itu semua adalah pemberitaan yang salah
dan menyesatkan. Beginilah kronologis cerita yang sebenarnya:
1. Ustad Abdul Somad datang ke
Bali untuk berceramah pada hari Jumat, 7 Desember 2017.
2. Bali menyambut baik siapapun
juga yang datang ke Bali termasuk Ustad Abdul Somad. Mau berceramah juga
silakan, karena Islam adalah salah satu agama yang diakui secara sah di NKRI.
3. Namun dikarenakan sepak
terjang dan ceramah Ustad Abdul Somad di masa lalu dan sampai kini yang seperti
itu (tak perlu diterangkan lagi kita pasti sudah tahu sama tahu.
Ada banyak videonya sudah beredar
dimana-mana. Silakan dicek sendiri di youtube), maka Bali merasa sangat perlu
untuk menyatukan komitmen, visi dan misi dengan Ustad Abdul Somad. Visi dan
misi tersebut adalah komitmen bahwa kita semua termasuk Ustad Abdul Somad
adalah anak bangsa yang cinta NKRI, Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika dan
Sang Saka Merah Putih.
4. Ternyata Ustad Abdul Somad
menolak mencium Sang Saka Merah Putih. Kenapa beliau menolak? Silakan
menanyakan alasannya kepada Ustad Abdul Somad sendiri. Bukan kapasitas saya
untuk menjawabnya.
Yang jelas, bukanlah hal yang
sulit dan berlebihan bagi setiap anak bangsa untuk mencium bendera negaranya
sendiri. Para atlet yang akan berlaga, anggota Paskibraka dan banyak moment
lainnya sudah lazim melakukan prosesi mencium Sang Saka Merah Putih. Tak ada
yang aneh dan tak ada yang sulit dengan itu semua.
Justru Ustad Abdul Somadlah yang
mempersulit dirinya sendiri dengan menolak permintaan yang semudah itu. Itupun
sudah melalui proses negosiasi panjang yang melelahkan sampai berjam-jam di
dalam ruangan tertutup di Hotel Aston, Gatsu Barat, Denpasar, Bali. Hal mudah
dibuat jadi sulit. Itulah yang terjadi saat itu.
5. Bali tidak berhak memaksa.
Jika Ustad Abdul Somad memang tidak bisa menyamakan komitmen, visi dan misi
sebagai anak bangsa yang cinta NKRI, ya berarti silakan pulang. Keputusan ada
di tangan Ustad Abdul Somad sendiri mau pulang atau tidak.
6. Ustad Abdul Somad tetap
menolak mencium Sang Saka Merah Putih. Itu artinya Ustad Abdul Somad sendirilah
yang memilih untuk pulang dan tidak melanjutkan acara ceramahnya di Bali.
7. Saat berita nomer 6 diketahui
masyarakat Bali yang berkumpul di depan Hotel Aston, suasana menjadi ramai
meminta Ustad Abdul Somad agar segera pulang. Point nomer 7 inilah yang
diberitakan sana sini bahwa Ustad Abdul Somad diusir dari Bali. Padahal Ustad
Abdul Somad sendiri yang sudah memilih untuk pulang.
8. Akhirnya Ustad Abdul Somad
berubah pikiran. Ustad Abdul Somad mau menyanyikan lagu Indonesia Raya, mau
mengakui NKRI, Pancasila, UUD 45 dan Bhineka Tungga Ika sebagai 4 pilar
kebangsaan Indonesia yang sudah final dan tidak dapat diubah dan tidak dapat
diganggu gugat, sekaligus mau mencium Sang Saka Merah Putih sebagai tanda
kecintaannya kepada NKRI. Semua prosesi ini dilakukan di depan Hotel Aston,
dihadapan semua masyarakat Bali yang berkumpul di sana.
9. Karena komitmen, visi dan misi
sudah sama, Bali mempersilakan Ustad Abdul Somad melanjutkan tujuannya datang
ke Bali untuk berceramah. Ustad Abdul Somad malah dikawal dengan baik oleh
perwakilan masyarakat Bali dan anggota keamanan, sehingga acara ceramahnya bisa
berjalan dengan baik dan lancar.
Demikianlah tulisan ini saya buat
dengan sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya.
Tertanda:
Jemima Mulyandari
Denpasar, 8 Desember 2017