![]() |
Banjir Jakarta |
Saya heran kepada teman-teman
yang sibuk mencari cacat dari pemerintahan Anies-Sandi. Gak usah begitulah. Toh
semua bukan salah mereka. Siapa yang bisa melawan cuaca yang begitu ekstrim
coba, sehingga banjir besar akhirnya melanda Jakarta.
Saya yakin, pak Anies dan pak
Sandi sudah bekerja dengan baik. Memantau titik-titik banjir melalui cctv bukan
perkara mudah.
Bayangkan, ada berapa ribu cctv tersebar
di seluruh Jakarta? Capek lho ngelihat satu-satu. Kamu bisa gak? Kalau gak
bisa, gak usah nyinyir dong.
Lagian kan sejak awal pak Anies
sudah berkomunikasi. Banjir sudah diomongi baik-baik supaya jangan masuk
Jakarta lagi, karena pemimpin Jakarta sekarang sudah santun tidak seperti yang
dulu.
“Dibanjirkan” lah istilahnya
sebagai kata ganti dimanusiakan. Intinya adalah keberpihakan.
Tapi ya namanya hujan itu rahmat
Tuhan, berarti banjir juga adalah rahmatNya. Jadi jangan salahkan pak Anies dan
pak Sandi dong, mereka kan sudah berdoa dan menyerahkan semua pada Tuhan sesuai
arahan Gubernur Jabar. Semua ini sudah ada yang mengatur, jadi gak perlu lagi
teriak2 disana banjir, disini banjir.
Lagian, banjir itu adalah
pancuran kehidupan.
Dengan adanya banjir, akan
meningkatkan kembali ekonomi masyarakat. Ojek payung, pendorong mobil mogok,
penyewa ban sampai perahu-perahuan akan kembali bekerja sesudah jamannya Ahok
mereka merana. Ini yang tidak dilihat oleh banyak orang.
Banjir juga sebagai budaya juga
harus dilestarikan. Budaya yang ingin dihilangkan oleh Gubernur lama.
Sesudah sekian tahun, baru kali
ini kita mendengar lagi reporter melaporkan banjir sudah sepaha dan sedada.
Pokoknya masalah paha dan dada, kita ini nomer satunya. Ditanya KFC aja, “paha
atau dada?” langsung ngaceng kemana-mana.
Lagian masalah banjir ini masalah
dalam negeri. Sulit bisa gaya kalau masalah dalam negeri, gak bisa dibuat foto
dengan selendang bendera Palestina sambil baca koran berdiri.
Stop bully pak Anies dan pak
Sandi masalah banjir. Nanti juga kalau khilafah kalau sudah berdiri, banjir
surut sendiri. Banjir itu pribumi, jadi punya hak yang besar di Indonesia ini.
Selamat bekerja ya pak Anies dan
pak Sandi. Jangan hiraukan orang yang membully kalian terus.
Karena orang bijak berkata,
“Mereka yang selalu melihat kekuranganmu, sulit akan melihat sesuatu yang
menonjol di balik celanamu”. Ini nasihat yang sangat bijak, bisa direnungkan
dalam-dalam sambil lari pagi dari rumah ke kantor.
Berakit-rakit ke hulu, pak Anies-Sandi,
berenang-renang ke tepian. Artinya, daripada waktu banjir berenang ke tepian, lebih
baik sewa rakit. Murah kok.
Selamat malam, jangan lupa saya
lho pak.
Saya ini dulu pemilih bapak.
Kertas pemilihan bapak dulu saya jaga, saya lipat supaya jangan rusak.
Sedangkan kertas si “pemahaman nenek lu” itu saya tusuk-tusuk saking bencinya. Seruput
dulu, sudah malam pak..