![]() |
Djarot PDIP |
“Kenapa Djarot dikirim ke Sumut?”.
Tanya seorang teman waktu kami
ngopi bersama. Sore itu kami ngobrol tentang Pilkada, tema yang sedang
hangat-hangatnya.
“Itu strategi untuk meredam
Sumatera Utara..” Kataku sambil mengaduk kopi panasku.
“Ahhh, harusnya Maruarar Sirait
yang jadi Cagub PDIP. Kok pak Djarot?? Lihat kan, akhirnya dia diserang isu
putra daerah..”
Temanku bicara dengan wajah
memerah. Bukan karena dia terlalu ngotot, tapi kopinya terlalu panas sehingga
waktu lewat lidahnya dia kelojotan.
“Gini.. “ Kataku sambil mengambil
tahu isi. Enak tahu isinya, dalamnya sayuran bukan bihun seperti biasanya.
“Isu sara masih menjadi momok di
negeri ini. Belajar dari pilgub dki, isu sara akan digiring ke pusat. Dan
dampaknya nanti di pilpres 2019, perbedaan pandangan di masyarakat akan semakin
tajam. Bisa bentrok jika tidak mulai diredam..” Kuambil cabe rawit hijau kecil
dan kugigit. Uhh enaknya..
“Jabar yang menjadi target utama
dari serangan isu sara berhasil di redam. Dengan merangkulnya Golkar ke
Demokrat, maka sulit akan membakar pilkada Jabar dengan sara.
Yang pendukung Dedi Mizwar mau
tidak mau harus menerima Dedi Mulyadi. Yang membenci mantan Kapolda Jabar Anton
Charliyan, harus menerima dia karena calon wakil Ridwan Kamil.
Dan koalisi Gerindra-PKS pun
berjalan sendirian. Suara dipecah karena sengaja, supaya tidak dihadap-hadapkan
kelompok agamis dan nasionalis..” Kukunyah tahu isi yang enak itu. Nyam nyam..
hmm masih sisa satu harus buatku..
Kulanjutkan..
“Nah, target selanjutnya adalah
Sumatera Utara... Disana juga akan dibangun isu yang sama.
Kalau Maruarar dijadikan Cagub,
agama dia akan jadi titik serang, persis seperti Ahok. Serangan itu akan
ditunggangi untuk membangun kerusuhan disana.
Ingat kerusuhan di Tanjung Balai
yang diisukan ada orang yang melarang azan kemudian kelenteng dibakar? Situasi
itu akan dibangun persis sama untuk menimbulkan keributan disana..
Dengan Djarot sebagai Cagub, maka
potensi sara bisa diredam. Paling isunya putra daerah, gak ngaruh kalau isu
gituan disana..”
Temanku manggut-manggut kayak
orang mau kentut. Aku lihat bukan karena dia mengerti tapi karena matanya fokus
menatap tahu isi yang tinggal satu lagi.
“Oh gitu...” Dan sruttt tangannya
langsung beraksi memainkan sulap sehingga tahu isi di piring sekejap hilang.
“Ahhhh.. sial, telattt..” Aku menggerutu
kesal. Sudah kebayang-bayang tahu isi itu menari di lidahku dengan sejumput
cabe rawit yang uh ah uh..
“Terus kalo Jabar, Jatim dan
Sumut sudah bisa diredam, kemana lagi?” Temanku menggoda dengan mengunyah tahu
isi kesukaannku.
“Jateng.. “ Kataku kesal dan
memanggil ibu warkop yang sudah menunggu pembayaran dari tadi karena kami
berdua terkenal dengan nama Markoji, Mangan loro ngaku siji.
“Bu, bisa ngutang lagi gak?”
Kataku tersipu.
“MATAMU PICEK!!” Si ibu siap-siap
mengambil sapu sebelum kami mengambil langkah seribu.