![]() |
Jokowi |
Banyak teman dalam
memandang politik itu sangat hitam putih. Kalau tidak disana, ya pasti disini..
Padahal politik itu
sejatinya seni. Seni yang bukan saja tentang bagaimana memenangkan pertarungan
tapi juga bagaimana bisa menjatuhkan lawan tanpa ia sadari.
Dalam politik itu
ada yang namanya gertakan, pengalihan sampai diplomasi. Disana biasanya mereka
bermain dengan simbol-simbol yang pada akhirnya menjadi sebuah simpul yang akan
dimengerti.
Dalam kancah
perpolitikan Indonesia, baru seni politik Jokowi inilah yang saya kagumi.
Pertama, ia bersih. Sehingga langkah politiknya sudah pasti bukan karena ia
licik, tapi karena ia mengambil jalan yang terbaik.
Kedua, mainnya
sangat halus sehingga sulit terbaca arah dan gerakannya, mau kemana dia. Ciri
khas Jokowi sejak lama, ia senang terlihat tampak tak berdaya tapi sesungguhnya
ia sedang berdansa.
Saya ingat dulu
ketika menulis "Dia orang Solo.." menjawab banyak keraguan mereka
yang merasa salah pilih karena Jokowi terlihat penuh kelemahan. Dan terbukti
bahwa Jokowi tidak pernah ragu dalam bertindak, dia hanya perlu waktu untuk
berfikir sejenak dan mengambil jalan yang memutar.
Jadi ketika banyak
orang bilang bahwa Jokowi berkompromi ketika menemui gerombolan si berat
bernomor dada 212, saya tersenyum lebar. Ah, kamu terlalu naif, teman..
Jika Jokowi
berkompromi dengan kelompok garis keras, tentu dia tidak akan pernah
membubarkan HTI. Secara HTI itu mengklaim pengikutnya ada 2-3 jutaan. Tentu
kerugian buat Jokowi karena suara sebesar itu hilang. Dengan HTI saja tidak
kompromi, apalagi dengan pria2 berpiyama ini..
Tapi, itulah
Jokowi. Dia lebih menakutkan ketika merangkul seseorang daripada ketika dia
tidak memperhatikan. Dia menari memainkan persepsi sehingga lawan bingung dan
saling curiga ini arahnya kemana. Dan ketika mereka sudah terpecah belah,
Jokowi masuk dan menguasai barisan..
Seni berpolitik
yang anggun ini jarang dimiliki banyak politisi di Indonesia yang cenderung
bermain kasar dan tidak elegan.
Jokowi memainkan
langkah-langkah baru dalam perpolitikan di Indonesia dengan standard yang
tinggi yang tidak semua bisa mencapainya. Ia Donnie Yen dalam seni pertarungan
dan Bobbie Fischer dalam percaturan.
Golkar, Perindo,
PPP dan banyak kelompok lain yang sudah merasakan kehalusannya bergeraklah yang
bisa bercerita. Bagaimana Idrus Marham yang dulu sering menjelekkannya sekarang
pasang badan
Mungkin saja satu
waktu Fadli Zon dan Fahri Hamzah berbalik menjadikannya dewa. Jokowi memang ga
ade matinye, begitu kate orang Betawi di warung kopi.
Sampai sekarang negeri
ini masih aman, kita masih bisa upload status di fesbuk dengan riang, itu
karena Jokowi mampu mengatur ritme pertarungannya. Contoh di aksi 411 dulu,
jika Jokowi gampang main tangan, peristiwa 98 akan kembali terulang.
Kita melihat aksi
akhir bukan sibuk mengkritisi prosesnya..
Saya mah senang
kalau Jokowi mulai main rangkul-rangkulan. Sambil minum ngopi biasanya saya
belajar membaca situasi. Lebih dari 3 tahun perjalanan Jokowi, cukuplah menjadi
panduan bagaimana ia bergerak. Dan menariknya, akhirannya selalu susah
ditebak..
Politik itu adalah
seni kemungkinan. Kita tidak tahu apa yang terjadi sebelum dia atau kita yang
mulai melangkahkan kaki. Seruput kopinya,
kawan..