![]() |
Beda Si Kaya dan Si Miskin |
"Jujur, sebenarnya saya malu
kalau ikut acara bukber. Malu sama orang miskin dimana di bulan puasa ini kita
sedang mencoba memahami kelaparan mereka, ketiadaan mereka...
Karena kita sedang berpura-pura
menjadi mereka, tanpa sedikitpun menjadi mereka. Kita berbuka dengan kemewahan,
sedang mereka tetap seperti apa adanya. Kita punya hari kemenangan, sedangkan
mereka setiap hari merasakan kalah..
Kita hanya menjalankan perintah,
sedangkan mereka menjalani hidupnya. Kita hanya menunda lapar kita, sedangkan
lapar ada dalam setiap tarikan nafas mereka..
Bahkan kita lebih senang
menjalankan ritual tanpa perduli maknanya. Kita lebih senang menyimpan uang
untuk belanja makanan berbuka puasa, tanpa memikirkan berbagi rejeki pada mereka
yang sedang tidak berpunya.
Saat lebaran kita memamerkan apa
yang kita punya pada keluarga, tanpa sedikitpun berfikir bahwa ada kepala
keluarga yang bingung ketika anaknya bertanya, "besok kita makan apa, pak
?"
Dan setiap tahun, saya selalu
merasa kalah. Kalah oleh kemunafikan saya. Tidak ada sedikitpun yang saya bisa
banggakan sebagai kemenangan..."
Perkataan temanku yang beruntun
itu seperti mengingatkanku kembali akan makna berpuasa, yang hanya terdengar
dalam mimbar2 ceramah dan hilang ketika kaki melangkah pulang.
Manusia selalu menghibur dirinya
bahwa ia sudah melakukan ibadah, padahal ia sejatinya hanya menjalankan
kewajiban belaka. Tanpa ada perintah, bisa jadi manusia akan selalu lupa fungsi
dirinya di dunia..
Ah, sudah hampir buka. Kusiapkan
secangkir kopiku sebagai teman pengingat ketika diri ini merasa berada di
puncak kejayaan..