![]() |
Presiden Jokowi |
Kenapa kebanyakan pendukung
teroris adalah pembenci Jokowi? Tidak perlu survey untuk ini.
Perhatikan saja komen-komen yang muncul maupun status yang dibuat pada saat
kerusuhan Mako Brimob berlangsung. Rata-rata mereka yang menganggap bahwa
kerusuhan di Mako itu adalah settingan, selalu ada postingan #2019GantiPresiden
di status mereka.
Bahkan di grup-grup WA, teman-teman kecil
saya dulu yang notabene adalah pembenci Jokowi sejak pilpres, turut menyuarakan
bahwa kerusuhan Mako Brimob adalah bagian dari pengalihan isu karena lemahnya
rupiah terhadap dollar AS. Mereka jangankan berempati kepada keluarga korban
polisi, bahkan mereka membangun teori konspirasinya sendiri..
Sebenarnya mudah jawabannya,
meski akan banyak yang menyangkalnya..
Kebencian kepada Jokowi dipicu
karena tidak berkuasanya Prabowo. Prabowo bagi mereka adalah inang yang
sempurna untuk berkembang biaknya virus ideologi yang sudah mereka tanam di
negeri ini sejak lama. Ketika Jokowi memimpin, maka sesaklah dada mereka..
Jokowi menumpas terorisme di
Indonesia mulai dari akar pertumbuhannya, yaitu pendanaan.
Kelompok garis keras ini
merasakan lesu darah ketika Jokowi menyetop dana bantuan sosial - bansos - dan
dana hibah untuk mereka.
Dana bansos dan hibah yang selama
ini dinikmati ormas-ormas dan LSM fiktif, dialihkan ke hal yang lebih berguna.
Penghentian dana bansos ini dimulai sejak Jokowi menjadi Gubernur Jakarta dan
diteruskan oleh Ahok. Ketika Jokowi menjadi Presiden, ormas-ormas yang mengajukan
proposal pendanaan semakin kering dapurnya dan itu menghalangi mereka untuk
menyebarkan ideologinya.
Kemudian Jokowi mengeluarkan
Perppu pembubaran HTI. Maka semakin meradanglah mereka. Kemarahan kelompok
garis keras ini bukan karena mereka punya ikatan kuat dengan HTI, tapi karena
ketakutan bahwa mereka akan menjadi sasaran berikutnya. Hanya pada masa Jokowi
inilah, agenda-agenda besar mereka untuk menjadikan Indonesia sebagai negeri
khilafah, berhenti.
Ditambah PKS yang sudah tidak
bisa "bisnis" di kursi pemerintahan lagi. Lihat saja ketika PKS dulu
ada di pemerintahan, semua jadi terlihat aman tentram dan sentosa, meski mereka
sebenarnya menggerogoti dari dalam.
Itulah kenapa Jokowi dijadikan
mereka sebagai "musuh bersama". Pada masa SBY kelompok garis keras
ini berkembang dengan cepat menguasai masjid dan majelis taklim, karena memang
difasilitasi dan dibiarkan berkembang.
Jadi, buat saya, membela Jokowi
bukan karena membela sosok yang nafsu berkuasa. Tetapi membela utuhnya negeri
ini karena jika kelompok garis keras ini kukunya dibiarkan mencengkeram terlalu
dalam, satu waktu habislah kita.
Jika musuh kelompok garis keras
ini adalah Jokowi, maka saya akan berpihak pada lawan mereka. Jadi sudah pasti
saya akan dibenci juga oleh mereka.
Sesederhana itu sebenarnya.
Seperti sederhananya secangkir kopi yang selalu ada tersedia di atas meja.