![]() |
Ajaran Radikal |
Ada satu masa, saya dan beberapa
teman NU keliling bertemu dengan bos-bos perusahaan ternama di Jakarta..
Kami bukan meminta sumbangan,
tetapi meminta mereka untuk membuka masjid-masjid dan mushala-mushala di perusahaan -baik
itu di gedung maupun di pabrik- kepada ustad-ustad muda NU supaya bisa mengisi
disana. Mengingat betapa bahayanya pemikiran radikalis yang sudah menyebar ke
segala elemen termasuk di perusahaan swasta. Dan peran penting itu ada di
Takmir. Dialah yang mengatur siapa yang boleh bicara di masjidnya..
Memang tidak mudah. Banyak dari
mereka yang tidak memberi jawaban pasti. Rata-rata kami lihat memang karena mereka
tidak begitu perduli.
Mungkin itu bukan urusan bos
besar, tapi kami memang ingin membangun kepedulian mereka yang selama ini abai
terhadap situasi. Padahal bisa saja, benih terorisme ada di tempat ibadah di
perusahaan mereka..
Bukan rahasia lagi, bahwa tempat-tempat ibadah sudah banyak dikuasai kaum radikalis. Ceramah-ceramah agama ketika shalat Jum'at
di masjid perusahaan, seringkali juga menyerang suku dan agama bos mereka
sendiri. Kata-kata China dan Kafir seakan menjadi menu wajib tanpa mereka
sadari bahwa mereka juga mencari makan di tempat orang yang mereka caci..
Dan yang bisa membaui keberadaan
mereka hanyalah ustad-ustad muda NU, karena mereka punya ilmu agama yang mumpuni.
Tapi sayang, perjalanan keliling
mengetuk pintu-pintu perusahaan itu tidak berjalan seperti yang diharapkan. Ada
beberapa alasan. Alasan yang paling banyak kami temui adalah karena takut
berurusan dengan kelompok-kelompok berbaju agama itu. Urusannya dengan bisnis mereka
yang tidak ingin terganggu hanya gara-gara mencampuri masalah agama yang bukan ranah
mereka..
Sama seperti stasiun-stasiun televisi...
Meskipun mereka tahu bahwa banyak
ustad-ustad yang bermasalah, tapi mereka tetap mengundangnya sebagai pengisi acara
agama.
Ada dua alasan kenapa begitu.
Pertama, karena produser acaranya adalah bagian dari kelompok radikal. Kedua,
karena rating. Selama ini pendapatan televisi terjaga dengan ustad-ustad itu, tanpa
perduli isi materinya. Selama orang suka, jual saja..
Perjalanan menyelamatkan negeri
ini dari zombie-zombie berbaju agama memang tidak mudah. Orang dibelakang layarnya
pintar, jaringannya kuat, solid dan militan, dan sudah sejak lama mereka
mengisi acara di stasiun-stasiun televisi.
Dana mereka juga kuat, sehingga
bisa membeli slot-slot acara untuk mereka isi dan perlahan mencuci otak pemirsa di
rumah. Mereka juga begitu profesional dalam segi manajemen sehingga "dana
perjuangan" bisa mereka dapat.
Meski begitu, saya yakin, suatu
saat para pengusaha dan pemilik stasiun televisi akan menyadari bahayanya
kelompok radikal itu. Tapi kesadaran itu biasanya terlambat, ketika ternyata
kelompok ini yang mengendalikan situasi..
Seperti kanker, kelompok radikal
ini sudah mencengkeram begitu dalam dan lama. Dan untuk memberantasnya harus
bertahap, seperti kemoterapi. Juga membutuhkan waktu yg lama..
Tapi disanalah menariknya. Ada
niat dan ada usaha. Karena sesungguhnya disitulah kewajiban manusia. Sebab
HASIL itu adalah hak Tuhan semata.
Semoga negeri ini bisa
terlindungi dari pemikiran-pemikiran radikal yang ingin merubah dasar negara ini. Seruput?