![]() |
Ibnu Muljam pembunuh Imam Ali |
Waktu itu hari ke 19 bulan
Ramadhan. Pertanda subuh sudah dimulai. Seorang lelaki, sahabat sekaligus
saudara Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib memasuki masjid. Ia melihat ada
seorang yang masih tidur dengan mendekap dadanya, seakan ada yang
disembunyikan.
Imam Ali lalu membangunkannya.
"Ayo shalat.. " Katanya. Tetapi lelaki itu tidak bergerak.
Imam Ali lalu memulai shalat
subuhnya sendiri. Dan lelaki yang tidur tadi perlahan bangun dari tidurnya
sambil mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya. Ia lalu mengendap-endap
memasuki masjid dan tampak olehnya Imam Ali sedang bersujud di rakaat
pertamanya.
Lelaki itu kemudian berdiri
mengangkang di depan Imam Ali yang sedang bersujud sambil memegang sebuah
pedang besar yang telah diberi racun olehnya. Tepat ketika Imam Ali mengangkat
kepalanya dari sujud, pedang itu diayunkan dan membelah dahinya.
Sebuah riwayat mengatakan, ketika
menebas dahi Imam Ali, lelaki itu berteriak, "Tidak ada hukum kecuali
milik Allah, bukan milikmu dan bukan milik teman-temanmu, hai Ali!”
Nama lelaki itu adalah Ibnu
Muljam.
Banyak yang mengingkari kisah ini
dan mengatakan bahwa Imam Ali dibunuh oleh suruhan Yahudi dan Nasrani. Tetapi
sesungguhnya Ibnu Muljam adalah seorang yang hafal Quran, puasanya tidak pernah
putus, shalat malamnya kuat dan bacaan kitabnya merdu.
Seorang muslim akan merasa rendah
diri ketika Ibnu Muljam menampakkan kemampuannya menjalankan syariat. Tapi
ternyata itu tidak menghentikannya untuk membunuh orang yang dikasihi sang
Nabi, pemeluk Islam pertama dan sejak kecil bersamanya. Imam Ali juga dikenal
sebagai bagian dari tim penyusun kitab suci di masa kekhalifahan Utsman bin
Affan.
Buat Ibnu Muljam, Ali bin Abi Thalib adalah seorang kafir, karena berbeda pandangan dengannya. Dan ia merasa
darah Ali halal untuk ditumpahkan olehnya.
Imam Ali tidak mengerang
sedikitpun. Dengan dahi terkoyak, ia mengucap, "Aku menang, ya
Allah.."
Imam Ali meninggal dunia tiga
hari kemudian, sesudah meninggalkan banyak pesan kepada kedua anaknya, Hasan
dan Husain, yang kelak juga dibunuh oleh mereka yang mengaku pengikut agama
kakeknya, Muhammad SAW.
Ia syahid, sebuah kemenangan yang
diidamkannya dalam perjalanan di dunia..
Fanatisme beragama dengan
meninggalkan logika, membuat seorang Ibnu Muljam menjadi mesin pembunuh yang
mengerikan. Ia menafsirkan sendiri ayat-ayat Tuhan dengan nafsunya, dengan
tekstual tanpa mengerti konteks dan memahami maknanya.
Generasi Ibnu Muljam masih
terpelihara sampai sekarang. Mereka yang beragama dengan nafsu mengkafirkan dan
membunuh sesama -bahkan seiman- karena "mengikuti perintah Tuhan.."
Tuhan sesuai nafsu dan
prasangkanya..
Politik dalam agama melahirkan
Ibnu Muljam Ibnu Muljam baru. Mereka yang menghalalkan segala cara bahkan
sampai menjual nama Tuhan demi kepentingan diri dan kelompoknya..
Seperti disini. Di negeri ini....
Ah, secangkir kopi malam ini
rasanya pahit sekali...