![]() |
Mahfud MD |
Video curhatnya pak Mahfud MD di
ILC lewat di beranda beberapa kali..
Ia bercerita tentang kronologis
situasi yang membuatnya tidak terpilih menjadi Cawapres Jokowi. Bahkan pak
Mahfud menyebut nama-nama yang membuatnya sakit hati, meski ia ucapkan dengan
nada tertawa, tapi kita merasakan getirnya nada yang tidak bisa disembunyikannya..
"Saya tidak kecewa. Saya
hanya kaget.." Begitu katanya berulangkali. Pernyataan yang bertolak
belakang dengan kenyataan. Jika hanya kaget, ia tidak mungkin curhat sepanjang
itu di depan televisi nasional lagi. Ia kecewa. Sangat kecewa. Hanya saja ia
ingin tampak gagah menceritakannya..
Apakah saya ikut trenyuh
mendengarkan curhat beliau ? Sebagian diri saya mungkin, tapi sebagian lagi
ternyata tidak..
Saya trenyuh, karena saya pasti
akan kecewa ketika diangkat, terus dibanting lagi seperti yang didapatkan pak
Mahfud MD.
Tapi jika saya seorang Mahfud MD,
saya tidak akan mungkin curhat sepanjang itu, disebuah televisi nasional, yang
jelas pro pada lawan politik Jokowi, dan membuka aib dimana saya akan menjadi
tim suksesnya nanti.
Pahit memang. Tetapi pahit itu
harus saya telan dan tidak mungkin saya ungkapkan kedepan publik, apalagi
dengan sorot kamera yang terus mencari celah untuk membuat drama supaya situasi
makin berpihak kepada lawan politik orang yang harus saya sukseskan nanti.
Setidaknya jika saya seorang
Mahfud MD, saya akan bicara dengan gagah, dan penuh senyum bicara bahwa itu
strategi politik saja supaya pihak lawan salah memilih pasangan.
"Dan kami berhasil..."
begitu kata saya jika saya Mahfud MD didepan stasiun televisi dengan penuh
kemenangan, yang membuat lawan jatuh mental. Karena saya tahu, bahwa pilpres
ini adalah pertarungan, jadi yang harus saya pompakan ke pemilih Jokowi
nantinya adalah kekuatan, bukan pelemahan.
Kenapa ? Karena saya setuju
menjadi tim sukses beliau, jadi harus berbicara untuk kemenangan beliau. Beda
jika saya adalah tim sukses lawan, saya akan membuka aib itu
segamblang-gamblangnya untuk menghancurkan nama Jokowi karena perilaku
koalisinya.
Pak Mahfud jujur, itu sangat
bagus. Tetapi politik membutuhkan strategi dan saya rasa itu yang pak Mahfud
tidak punyai. Kapan saat kita bicara, kapan saat kita tampil, dan apa narasi
yang harus kita bawakan, itu yang penting.
Saya juga harus jujur seperti pak
Mahfud, bahwa sesudah beliau curhat panjang didepan televisi, saya malah
bersyukur beliau tidak terpilih jadi Wapres. Maaf, ya pak..
Saya sulit membayangkan, ketika
banyak langkah pak Jokowi yang tidak sesuai dengan beliau saat menjadi Wapres,
pak Mahfud akan curhat lagi ke media mengungkapkan kekecewaannya. Dan itu
berbahaya, karena seperti dua kepala bertolak arah. Bahkan bisa jadi malah ada
"matahari kembar" di pemerintahan..
Mungkin ada saatnya peristiwa
menyakitkan dibuka. Misalnya ketika sudah pensiun dari politik dan menulis buku
tentang "apa yang sebenarnya terjadi dan tidak terlihat didepan
publik". Setidaknya itu menunjukkan kelas kita sebagai seorang yang
mengemban tugas yang diberikan.
Menjadi tokoh itu sulit. Tetapi
menjadi negarawan itu jauh lebih sulit.
Saya ingat film The Sum of All
Fears, ketika Presiden Rusia ditanya oleh ajudannya, "kenapa mengakui
didepan publik bahwa engkau membom Cechnya padahal bukan kau yang melakukannya
?"
Presiden Nemerov berkata,
"Lebih baik orang melihat saya kejam, daripada mereka melihat saya
lemah.."
Saya rasa secangkir kopi bisa
menjadi pelajaran, bahwa pahitnya adalah kejujuran yang harus kita rasakan,
tetapi kita bilang ke semua orang, "kopi ini nikmat sekali.."
Seruput..