![]() |
Deklarasi Tolak Politik uang dan SARA |
Ini mungkin pertanyaan yang ada
di benak kita semua.
Pengalaman Pilpres tahun 2014,
kita melihat begitu banyaknya hoaks bernada SARA bertebaran. Isu-isu agama
dimainkan. Tudingan bahwa Jokowi ateis dan Prabowo yang Kristen memenuhi ruang
media sosial kita. Itu masih ditambah lagi propaganda yang menyeramkan yang
sulit diketahui kebenarannya.
Pilgub DKI tahun 2017, isu SARA
mencapai puncaknya. Ayat dan mayat berhamburan. Ras Ahok yang Tionghoa menjadi
hujatan. Bahkan salat Jumat diisi dakwah-dakwah kebencian.
Lalu, apakah Pilpres 2019 nanti
kita akan bebas dari isu SARA? Sulit. Kita masih akan berkutat di isu yang
masih itu-itu saja.
Isu SARA adalah senjata yang
paling mudah dalam menggembosi kubu lawan. Itu karena masyarakat kita yang
masih belum terbiasa untuk melihat adu program. Banyak masyarakat kita yang
hanya mendengar "kata orang" tanpa perlu memverifikasi lagi
kebenarannya.
Apalagi jika yang ngomong itu
guru agamanya. Ia akan langsung percaya begitu saja, meskipun itu tidak benar.
Ditambah lagi dengan penggunaan smartphone yang masif dengan pengguna yang
tidak terdidik.
Isu SARA masih akan mendominasi
Pilpres 2019 ini melalui masjid, pengajian, majelis yang sekarang bukan
dijadikan tempat ibadah, tetapi sudah beralih fungsi dijadikan posko
pemenangan.
Politikus kita juga masih banyak
yang menghalalkan segala cara supaya menang. Mereka tidak penting dampak dari
apa yang mereka lakukan, yang penting bagaimana caranya mereka berkuasa.
Inilah yang dicemaskan Jokowi
sehingga ia harus meminta dengan tegas, "Jangan memainkan isu SARA dalam
politik kita." Ia patut khawatir, karena belum penetapan Capres saja,
negeri ini sudah diributkan dengan model ijtimak ulama. Dan ini baru awalnya
saja, tengahnya sudah pasti banyak keributan.
Bangsa kita memang masih
mengalami euforia berdemokrasi yang luar biasa. Demokrasi yang seharusnya
menjadi ajang pesta, malah menjadi ajang hujatan, fitnah dan saling
menjatuhkan.
Saling mengejek itu biasa dalam
demokrasi, itulah yang menjadikan politik itu warna-warni. Tetapi di negeri
ini, mengejek bisa berdampak persekusi sampai pengaduan ke polisi karena
dianggap menghina. Inilah yang merepotkan.
Jadi siapkan sabuk pengaman
dengan ketat. Kita akan memasuki wilayah isu SARA yang semakin hebat ke depan.
Tetapi saya rasa, isu SARA hanya berlaku untuk tahun 2019 saja karena di sana
ada oposisi dan ada petahana. Sedangkan 2024 nanti kita berharap pemilu akan
lebih tenang karena para calon sudah mampu bermain dengan imbang.
Dan mungkin saja 2024 nanti, PKS
bubar sehingga isu SARA pun memudar. Seruput kopi dulu dengan penuh harapan.
Sumber: Tagar.id