![]() |
Jokowi dan Artis Korea |
Begitulah trending di Twitter
sekarang, yang dalam Bahasa Korea kira-kira "keren, Jokowi". Kata ini
di-tweet oleh para K-popers, atau penggemar Korean Pop, aliran musik dari Korea
yang sedang melanda generasi milenial Indonesia.
Generasi milenial Indonesia
menyambut dengan senang ketika Jokowi berfoto bersama grup Kpop terkenal Super
Junior, atau sering disingkat Suju. Nama Jokowi langsung menjadi hits di mata
mereka dan tagar #DaebakJokowi merajai trending di media sosial.
Gerakan politik Jokowi bertemu
dengan Suju disela kunjungannya ke Korea Selatan, memang menarik. Ia seperti
sudah tahu di mana pusat magnet milenial terbesar di Indonesia sekarang ini.
Dan Jokowi berada di titik terkuatnya.
Generasi milenial Indonesia
sering disebut sebagai generasi apolitis, atau tidak peduli dengan politik.
Seorang teman pemilik salah satu
stasiun radio besar bersegmen anak muda, pernah mencoba mengangkat tema politik
dalam programnya. Dan ia diprotes habis-habisan oleh pendengarnya.
Politik di Indonesia bagi
generasi milenial identik dengan kerusuhan, keributan, ajang caci maki dan
segala kebisingan lainnya. Sedangkan generasi ini adalah generasi fun,
bersenang-senang dan independen karena sering berkomunikasi lewat internet.
Mendekati mereka susah-susah
gampang, apalagi menyuruh mereka untuk memilih siapa Presidennya di tahun
depan. Jelas mereka tidak peduli siapa yang menang.
Langkah Jokowi bertemu grup
boyband Suju, bisa dibilang langkah brilian. Sontak generasi milenial menoleh
kepadanya. Dan citra Jokowi pun terangkat di mata mereka sebagai Presiden yang
cool, keren, amazing, wow, top dan segudang kata kekaguman diluncurkan dengan
bahasa kekinian.
Jokowi mampu memainkan genderang
yang berbeda dalam Pilpres kali ini.
Pilpres 2014 dan 2017 yang hitam
dan kelam karena kuatnya hoaks dan SARA dimainkan, seakan ingin dihapusnya di
tahun 2019 nanti. Pilpres tahun depan harus menyenangkan, menghibur, megah, dan
menggaet milenial sebagai pemilih pemula untuk mengurangi angka golput yang
masih besar.
Mendekati Super Junior dalam
selingan lawatan di Korea Selatan, adalah langkah yang cerdas,
"Kampanye" yang halus dan tidak melanggar aturan. Piawainya Jokowi
dalam memainkan bidaknya benar-benar seperti menyusun benteng, kuda dan menteri
dalam satu bidang sebelum menyerang dengan kekuatan.
Sandiaga Uno sudah pasti geram.
Ia sejak awal mengincar generasi milenial sebagai pangsa pasarnya. Meskipun
caranya agak "norak-norak" gimana ya, dengan bahasa "receh"
dan berusaha melawak seperti menyamakan tempe dengan tipisnya kartu ATM demi
"dibicarakan" di media sosial.
Jokowi bermain jauh lebih megah
dan elegan dengan memainkan kesukaan milenial tanpa meninggalkan keeleganan dan
keanggunannya sebagai Presiden negara besar.
Jika Sandi selalu
"membicarakan" Jokowi dengan sindiran-sindirannya, Jokowi malah sibuk
"berbicara" dengan dunia sebagai titik fokusnya. Ia tidak menanggapi
Sandi dan banyak orang yang terus menyerangnya. Beda kelasnya.
Sambil mengangkat secangkir kopi
yang masih panas dan nikmat, saya jadi teringat perkataan seorang teman.
"Den, pemenang itu fokus pada kemenangan. Sedangkan pecundang selalu fokus
pada pemenang, bukan pada kemenangan."
Menarik juga kata-katanya.
Seruput dulu ah.
Tagar.id