![]() |
Edy Rahmayadi dan Aiman |
"Apa urusan Anda menanyakan itu?". Dengan wajah sengit Edy Rahmayadi, Ketum PSSI yang juga Gubernur Sumatera
Utara, bertanya balik ketika Aiman, pembaca acara Kompas TV bertanya kepadanya.
Sontak jawaban Edy Rahmayadi ini menjadi viral dengan berbagai tanggapan.
Bahkan di Twitter menjadi trending dengan tagar #SiapPakEdy dan "apa
urusan anda menanyakan itu".
Ini sebenarnya hal keempat yang menampilkan arogansi Edy Rahmayadi. Yang
pertama saat ia masih menjabat Pangdam I Bukit Barisan dan memaki
"setan" kepada pengunjuk rasa. Kedua saat ia mengusir pendemo
ibu-ibu. Dan ketiga saat ia menampar suporter PSMS. Terakhir ya saat dia
diwawancara Aiman.
Mantan Pangkostrad ini mungkin ingin membangun disiplin ala tentara kepada
rakyatnya, tapi jelas salah. Rakyat sekarang bukan rakyat masa orde baru.
Rakyat juga bukan serdadu. Bentakan-bentakan kepada rakyat ini jelas tidak
membawa manfaat apa-apa selain hanya menjadikannya bahan bullyan dimana-mana.
Kalau Pak Edy mau belajar dari Vladimir Putin, Presiden Rusia, yang berasal
dari militer, baru kelihatan jauh kelasnya. Putin tidak pernah terlihat
membentak rakyatnya. Kalaupun ia menunjukkan arogansinya kepada publik, ia
tunjukkan saat ia menggertak pimpinan mafia yang berkuasa di sana.
Atau mau belajar arogansi dari pihak sipil seperti Rodrigo Duterte, yang
membabat habis 1.400 bandar dan pengedar narkoba. Sekalian aja. Tapi juga
tepat, Duterte membela rakyatnya, bukan malah membentaknya.
Ah, di dalam negeri aja kalau pengen nunjukin arogansi ke publik, contoh
deh Budi Waseso atau Buwas. Mantan Kabareskrim yang sekarang menjadi Kepala
Bulog ini menebar ancaman kepada para mafia pangan. Jelas dan tepat.
Uhm, mau kasih contoh Ahok, entar dibilang kejauhan....
Dan apa yang para pemimpin lakukan ini berbuah kecintaan rakyat. Bukan
malah menjadi sasaran bullyan.
Kalau Pak Edy terbalik. Rakyatnya yang dibentak-bentak, dimaki
"setan" dan disuruh keluar, tapi belum ada satu statemen pun ancaman
kepada bandar narkoba dan judi di Medan. Atau misalnya mengeluarkan gertakan
kepada pungli dan preman Medan yang terkenal ganas karena kuatnya ormas.
Lha rakyat itu lemah ngapain dibentak? Jika mereka bersuara, dengarkan.
Jika mereka salah, berikan pemahaman. Menjadi pemimpin daerah itu selayaknya
dicinta, bukan ditakuti.
Rakyat mustahil didisiplinkan melalui bentakan. Mereka bisa disiplin jika
pemimpinnya memegang kuat aturan yang dia buat dan dialah yang menjadi teladan.
Rakyat itu seperti seorang anak. Setiap dibentak, maka akan muncul
kepribadian ganda. Di depan bapak dia seperti hormat, tapi di belakang dia
menjadi kriminal. Anak itu butuh tauladan. Tidak perlu dimarahi, ia akan malu
sendiri jika seorang bapak menunjukkan kualitasnya sebagai seorang lelaki.
Coba bikin program "Beres-beres Sumatera Utara" dari kriminalitas
dan penyakit masyarakat. Kandangkan para preman yang bikin resah banyak orang.
Tentu rakyat akan segan, hormat dan cinta. Itulah cara "mencuri" rasa
hormat mereka.
Saya sesungguhnya senang gaya Pak Edy Rahmayadi, cocok buat warga Sumatera
Utara. Tapi kalau berlebihan dan hanya sibuk main bentak saja tanpa ada solusi
apa-apa, ya gimana ya, rasa hormat pun hilang.
Sekalian saya mengucapkan selamat kepada warga Sumatera Utara. Selamat
menikmati pertunjukan selama lima tahun ke depan. Itu pilihan Anda, semoga
berkenan.
Seruput kopinya..
Tagar.id