![]() |
Jokowi |
Sejak musibah gempa Lombok,
mereka memang sudah mengincar Jokowi. Ada upaya-upaya untuk membangun
opini dan persepsi bahwa Jokowi gagal menangani gempa Lombok dan berdampak pada
elektabilitasnya disana. Mereka memaksakan gempa Lombok masuk pada kategori
bencana nasional.
Kenapa? Ada dua tujuan, yaitu
pertama supaya Jokowi terlihat tidak mampu menangani musibah bencana sehingga
harus minta bantuan asing. Dan kedua, bencana nasional akan mempengaruhi daerah
sekitar seperti Bali, yang akan menurunkan tingkat ekonomi pariwisata mereka
karena ada travel warning dari negara pengunjung.
Tapi mereka gagal, karena Jokowi
ternyata sigap dan mengucurkan bantuan sampai triliunan rupiah untuk mengatasi
musibah. Bahkan pembangunan rumah-rumah di Lombok yang terkena gempa sekarang
sudah mencapai 90 persen lebih.
Lawan politik gigit jari karena
peluru untuk menyerang Jokowi di Lombok tidak ada lagi. Karena itu dicarilah
celah lain untuk menyasarnya. Dan masuk ke bulan September mulailah dirancang
isu PKI. Seperti biasa, isu musiman.
Isu PKI kali ini harus tidak
biasa-biasa seperti nonton bareng. Itu sudah tidak tidak efektif lagi. Beda
tahun, beda serangan. Lalu dirancanglah strategi harus ada korban PKI untuk
memanaskan situasi.
Disiapkanlah
"korbannya". Sebelum korban muncul disiapkan dulu acara ritual
seperti pertemuan ormas berupa doa-doa kepada junjungan yang ndilalah visanya
habis. Ini pemanasan sekaligus membangkitkan semangat "bertempur"
untuk demo besar nanti seperti demo waktu Pilgub DKI.
Lagi persiapan, eh, ada gempa
Palu. Agak kacau juga strategi. Jokowi kesana dan mulailah mereka teriak,
"Jokowi jangan pakai fasilitas Presiden..". Ini teriakan panik karena
mereka yakin kehadiran Jokowi disana akan menaikkan elektabilitasnya. Dan benar
saja, wajah Jokowi ada dimana-mana di stasiun televisi dan media sosial.
Isu penetapan status bencana
sosial juga dimainkan tapi tidak ditanggapi. Lalu didoronglah Wakil Jokowi
supaya dia yang menangani musibah Palu untuk mencegah Jokowi dapat perhatian
media.
Tapi Jokowi tetap ke Palu.
Akhirnya disiapkan juga rencana keberangkatan ke Palu untuk merebut perhatian
publik, tapi dibatalkan karena toh sudah tidak efektif.
Akhirnya dijalankanlah strategi
korban yang pertama..
Korban muncul dengan wajah lebam
disaat Jokowi sedang sibuk di Palu.
Perangkat-perangkat provokasi pun
disiapkan mulai flyer dukungan sampai acara demo besar yang nanti akan dipakai
mendesak Jokowi dengan berbagai tuntutan. Korban akan dipersepsikan menjadi
korban kebrutalan PKI dengan serangan 3 orang pemuda.
Polisi sebenarnya sudah membaca
situasi ini sejak awal karena mata-mata mereka ada disana. Sebelum mereka
menjatuhkan "bom", polisi sudah menyiapkan bukti-bukti pendukung yang
akan melemahkan mereka.
Lalu pada hari H, bom pun
dijatuhkan...
Wajah "korban" yang
bengep pun diedarkan. Lalu dukungan dan caci maki yang nantinya akan diarahkan
ke Jokowi mulai digerakkan melalui tokoh-tokoh koalisi. Harus massif, dengan
airmata dan kemarahan, supaya membangkitkan emosi dan kebencian.
Pertemuan-pertemuan untuk
memberikan dukungan dilakukan. Kata-kata PKI diluncurkan jadi ada alasan demo
besar nanti adalah melawan PKI. Kemudian pimpinan besar disiapkan untuk
melakukan konferensi pers.
Tidak lupa, stasiun televisi
dengan acara paling ngetop di hari itu juga disiapkan untuk melakukan
"breaking news". Semua sudah siap ditempatnya, tinggal menjatuhkan
bomnya.
Ini adalah operasi intelijen
bergaya militer, bukan sembarangan..
Tapi sayang, polisi sudah sigap.
Mereka keluarkan bukti-bukti bahwa cerita korban adalah rekayasa. Paniklah
mereka. Bom yang rencananya dijatuhkan ke massa, meledak di pantat mereka
sendiri.
Akhirnya panik melanda. Harus
diputuskan hubungan antara korban dengan penggagas acara. Maka korban diminta
untuk konferensi dengan menyalahkan setan. Merekapun beramai-ramai cuci tangan
dengan menempatkan diri sebagai "korban" juga dari penipuan.
Strategi "gagal maning gagal
maning zonnn.." itu membuat kelompok lawan politik mundur sejenak.
Kerusakan di pihak mereka, yang harus dilakukan sekarang adalah menambalnya
supaya tidak tambah parah.
Jokowi belum berhasil dijatuhkan.
Mereka harus kembali menyusun strategi ulang. Jokowi sudah jauh di depan, harus
ada strategi ekstrim yang dilakukan jika tidak mereka akan kalah 5 tahun ke
depan..
Info ini valid. Tidak ada sesuatu
secara kebetulan. Semua harus dipersiapkan.
Seruput dulu kopinya, kawan.