Untuk memahami bagaimana Jokowi,
saya sampai harus terbang ke Solo..
Saya bertanya pada banyak orang
tentang bagaimana cara dia memimpin waktu menjadi Walikota Solo. Dan semakin
banyak bertanya, saya semakin kagum padanya. Pantas, warga Solo sayang
padanya..
Salah satu model yang
menggambarkan bagaimana cara Jokowi menuntaskan masalah adalah pada waktu ia
memindahkan pedagang barang bekas di Banjarsari.
Puluhan tahun pedagang itu ada
disana dan tidak ada satu walikotapun yang berani memindahkan mereka dari sana.
Solo gampang membara, jangan pernah diusik sedikit saja..
Apa yang dilakukan Jokowi ?
Ia berdialog berbulan-bulan
lamanya, mengajak makan mereka, bercanda dengan mereka. Bukan hanya itu, ia
memberi pengertian pada mereka bahwa ia harus mengembalikan kota sesuai
fungsinya. Sesudah 7 bulan lamanya ( 7 bulan broo..) akhirnya ia berhasil
merelokasi pedagang barang bekas itu.
Kisah itu saya tuliskan di buku
terbaru saya "Seni Perang Jokowi" yang bisa dipesan lewat Ugi di
0819-0978-4456 (sekalian promosi)
Saya menganggapnya seni perang,
karena Jokowi memang memainkan strategi memutar dalam mengambil kebijakan
kontroversial. Ia tidak main hantam, ia sabar, ia strategis, ia cermat layaknya
seorang tukang kayu mengukir meubelnya.
Begitu juga ketika ia menjadi
Presiden, ia mengambil model strategi yang sama.
Apa bedanya warga Solo dan
seluruh rakyat Indonesia dalam melihat apa yang dilakukan Jokowi ? Warga Solo
percaya padanya, dan saat pemilihan Walikota kedua Jokowi dipilih oleh 90
persen warga Solo. 90 persen, menang mutlak.
Jadi, percayalah padanya dalam
membereskan radikalisme dan terorisme yang sudah berakar di masyarakat kita.
Kita pengen semua sempurna sesuai ukuran kita, pengen cepat selesai, tetapi
kita lupa bahwa sesuatu itu ada proses-prosesnya.
Saya pun sekarang seperti warga
Solo. Percaya bahwa apa yang dilakukan Jokowi adalah yang terbaik, hanya saya
perlu sabar dalam memahaminya dan baru tersenyum di akhirnya. "Oh, gitu
toh maksudnya..."
Sesudah paham, saya tinggal
seruput kopi dengan nikmatnya.