![]() |
Presiden Joko Widodo |
"Kalau ada konsesi besar
yang ingin dikembalikan ke negara, saya tunggu sekarang...."
Begitu tegas Jokowi di hadapan
ribuan pendukungnya di Sentul malam kemarin. Dan pendukung Jokowi pun bersorak
sorai menyambut perkataannya.
Jokowi memang benar-benar
"gila". Dari tubuh kerempeng yang dulu tidak diperhitungkan ini,
ternyata ada auman singa yang menggetarkan banyak kalangan elit Indonesia yang
berjumlah 1 persen dari total jumlah penduduk, tetapi menguasai mayoritas tanah
negara.
Kotak pandora itu dibongkar
Jokowi awalnya waktu debat kedua dengan Prabowo. Karena Prabowo selalu bicara
atas nama rakyat dan menyindir kalangan elit Indonesia, Jokowi kemudian
membongkar kedok Prabowo bahwa Prabowo juga bagian dari elit yang 1 persen itu.
"Bapak Prabowo setahu saya
menguasai 220 ribu hektar di Kaltim dan 120 ribu hektar di Aceh
Tengah...." begitu kata Jokowi dan ributlah se-Indonesia Raya. Mereka
kaget, membayangkan lahan Prabowo yang 7 kali lebih luas dari Jakarta.
"Apakah Jokowi sedang
menyerang Prabowo?"
Bukan. Jokowi sedang membuka
fakta saja bahwa satu orang seperti Prabowo, bisa menguasai begitu besar lahan
di Indonesia. Nah, ada puluhan orang yang seperti Prabowo yang bahkan menguasai
jutaan hektar lahan konsesi, yang dibagi-bagi sebelum Jokowi memerintah.
Greennomics Indonesia, LSM
lingkungan, menggambarkan pada masa SBY berkuasa, lahan yang dibagikan ke
pengusaha besar seluas 2,4 juta hektar. Zulkifli Hasan, ketua umum PAN yang
juga mantan Menteri Kehutanan, memecahkan rekor dengan membagikan 1,64 juta
hektar lahan selama ia menjabat periode 2009-2013.
Itu belum pada masa orba yang
jauh lebih luas lagi dibagikan kepada segelintir elit pengusaha.
Jokowi tidak menyalahkan
pembagian itu karena sudah sesuai UU, tetapi ia mengkritik kebijakan masa lalu
yang dengan enaknya membagikan lahan konsesi hanya kepada pengusaha tetapi
tidak kepada rakyat. Rakyat hanya jadi penonton di tengah kerakusan para elit
yang merampok hak-hak mereka.
"Lalu bagaimana dengan kroni
Jokowi? Seperti Luhut Binsar Pandjaitan misalnya. Bukankah ia juga memegang
konsesi lahan besar??"
Menariknya Jokowi, sebelum ia melontarkan
"bom atom" di media, ia sudah melakukan konsolidasi dulu dengan
orang-orang terdekatnya.
Bulan Juli 2018, LBP mengatakan
ia akan menyusutkan lahan-lahan konsesi PT Toba Pulp Lestari sampai 88 persen,
dari 200 ribuan hektar menjadi sampai 25 ribu hektar saja. Selebihnya ia
kembalikan pada negara.
Dari pernyataan LBP di media
massa, kita bisa melihat bahwa Jokowi sudah berkomitmen dengan ring 1 nya untuk
berbuat sebelum berkata. Dengan begitu, ia mempersempit serangan pada dirinya.
"Untuk apa lahan konsesi
besar yang direbut Jokowi dari pengusaha itu?"
Tentu ia bagikan kepada rakyat.
Dari 12,7 juta hektar lahan yang sudah ia ambil dari para pengusaha yang dekat
dengannya, 2,6 juta hektar sudah ia bagi-bagikan kepada rakyat. Bagi Jokowi,
tidak penting ia dicap apa saja, yang penting rakyat harus bisa ikut menikmati
kekayaan alam Indonesia.
Saya jadi teringat ketika
berbincang dengan seorang pejabat negara yang juga pengusaha besar di negeri
ini. Ia berkata, "Jokowi tidak mencuri. Jika ia mencuri sedikit saja, saya
pasti akan mencuri lebih besar dari dia...."
Jokowi menularkan ketauladanan
kepada orang-orang di sekitarnya, sehingga mereka merasa sungkan untuk berbuat
hal yang memalukan.
Jokowi adalah Presiden yang
berasal dari rakyat. Ia hidup dengan rakyat dan berjuang untuk rakyat. Maka
kita wajib membelanya, karena pembelaan kita sama artinya dengan kita ikut
membela rakyat supaya mempunyai hak yang sama.
Seruput kopinya?
Tagar.Id