Sampai sekitar dua bulan lagi Pilpres 2019, angka-angka survei masih tidak
bergerak. Elektabilitas Jokowi masih di angka 54 persen, sedangkan Prabowo
masih di angka 34 persen.
Menurut seorang pengamat, jika sudah masuk 2 bulan begini, biasanya angka
tidak akan berubah sampai hari pencoblosan. Kecuali Jokowi melakukan blunder
besar seperti Ahok dengan Al Maidahnya di Pilgub DKI lalu.
Dan menariknya, semakin ke sini Jokowi semakin agresif menyerang. Dalam
banyak pidatonya, Jokowi sudah mulai menyentil sampai ke "konsultan asing"
yang kabarnya disewa kubu Prabowo. Teori Firehose of Falsehood yang biasanya
dipakai kubu Prabowo, sekarang digunakan Jokowi sebagai senjata pembanding.
Prabowo jelas panik. Dan kepanikan itu tampak dari gerakan salah kaprah
Fadli Zon, orang dekatnya, yang malah membuat blunder besar.
Fadli Zon membuat puisi tentang doa dan diyakini warga NU puisi itu
menyerang Mbah Maimun Zubair yang dikenal sebagai Kiai yang sangat dihormati di
kalangan NU. Jelas-jelas ini blunder besar, karena bukannya merangkul NU
sebagai ormas Islam terbesar di Indonesai, Fadli Zon malah mengajak mereka
bertarung.
Dan - seperti orang kena lempar handphone - Fadli Zon buru-buru klarifikasi
bahwa puisi itu bukan untuk Kiai Maimun. Tapi api sudah kadung membesar,
sehingga Fadli Zon terpaksa harus ke rumah Kiai dan foto-foto bareng dengan
senyum dipaksakan supaya warga NU mengampuni.
Apa yang harus dilakukan Prabowo supaya angkanya bisa melesat lebih dari 34
persen?
Banyak sebenarnya. Harusnya Prabowo mendengarkan pertanyaan banyak orang
dengan seksama, "Prabowo jumatan di mana ?"
Nah, mumpung masih dua bulan lagi, Prabowo bisa kebut dengan Jumatan di
mana saja, supaya tampak untuk merebut hati banyak pemilih. Kalau perlu juga
salat Rabuan, Kamisan, Sabtuan yang penting kelihatan. Gimana lagi? Masyarakat
kita masih suka dengan hal yang berbau agama.
Setuju, Pak Prab? Seruput dulu kopinya.
Tagar.id