![]() |
Foto Prabowo Naik Kuda |
Film ini -saya lupa judulnya- adalah
dokumentasi perjalanan seorang dokter yang diperbolehkan masuk Korea Utara
ketika negara itu dilanda wabah penyakit mata.
Sang dokter itu membuat film yang tentu
sudah banyak diedit oleh pemerintah sana. Meski begitu, sedikit banyak
menggambarkan apa yang terjadi pada rakyat Korea yang sangat miskin
dan
tergantung pada pasokan pemerintahnya.
Pada waktu itu masih masa Presiden Kim
Jong Il, bapak Kim Jong Un.
Dari reportase itu keluarga Kim yang
menguasai Korea Utara mengontrol masyarakatnya dengan ketakutan. Baik takut
pada kelaparan sampai takut pada Tuhan. Hanya di Korea Utara, yang diTuhankan
adalah keluarga Kim itu sendiri.
Rakyat yang miskin itu seperti menyembah
kepada mereka dan menganggap mereka itulah penyelamat kehidupan yang sedang
susah.
Bahkan ketika sang dokter selesai
mengoperasi mata yang sakit, mereka langsung menuju foto pemimpin mereka dan
berterimakasih sampai membungkuk dalam seperti menyembah.
Program ekonomi Korea Utara gagal total
meski pemerintahnya selalu bicara swasembada pangan.
Kim Il Sung, kakek Kim Jong Un, fokus
membangun pertahanan yang kokoh dengan terus menerus mengalokasikan dana besar
untuk persenjataan termasuk nuklir.
Untuk apa ? Tentu untuk mengalihkan
kegagalan ekonomi mereka. Rakyat dipompa semangatnya dengan ancaman2 dari luar
terhadap Korea Utara, ditakut2i akan ada serangan nuklir dari negara musuh
mereka seperti Amerika melalui Korea Selatan.
Dan dengan bahasa2 perang itulah, rakyat
Korea Utara akhirnya dipaksa memahami bahwa mereka lapar karena ada tujuan yang
lebih besar.
Rakyat Korea Utara tidak pernah bisa
berfikir bahwa miskinnya Korea Utara karena pemimpinnya tidak mau membangun
infrastruktur, meningkatkan perekonomian, membuka akses pengetahuan global atau
berdiplomasi untuk meningkatkan perdagangan dan kerjasama.
Tahunya rakyat Korea Utara adalah mereka
perang, perang dan perang. Karena itulah mereka memuja dewa perang mereka,
yaitu keluarga Kim. Kim Il Sung, Kim Jong Il dan yang sekarang memimpin Kim
Jong Un.
Dan ketika saya mendengar debat semalam
dimana Prabowo bicaranya selalu curiga akan perang dan paranoid akan invasi
dari negara luar, saya jadi ingat Korea Utara.
Entahlah apakah ini kebetulan atau pola
pikir Prabowo belajar dari mereka, tentang bagaimana menguasai negara untuk
keluarga dengan narasi perang.
Mungkin secangkir kopi bisa
menjawabnya..