![]() |
Bahar Smith |
"Jokowi,
tunggu saya keluar!!"
Begitu gertakan
Bahar bin Smith di pengadilan. Bahar didakwa melakukan penganiayaan kepada dua
orang remaja di pesantrennya. Remaja itu dihajar pakai dengkul, bahkan ada
kepalanya yang ditaruh asbak.
Jelas apa yang
dilakukan Bahar itu perbuatan kriminal. Tapi entah kenapa dia menyalahkan
Jokowi atas perbuatan kriminalnya.
Model yang sama
dilakukan Ahmad Dhani Prasetyo, pentolan Dewa 19, yang dipenjara karena
melanggar UU ITE atas twitnya. Dhani dilaporkan oleh beberapa orang atas
perbuatannya. Buni Yani, Jonru Ginting, Ratna Sarumpaet, Sugik Nur "si
matamu picek" juga sama. Mereka menyalahkan Jokowi atau pemerintahan
sekarang ini atas kasus yang mereka buat sendiri.
Kenapa mereka
ramai-ramai menyalahkan Jokowi padahal mereka dipenjara karena perbuatan kriminal
mereka sendiri?
Ada sebuah
artikel yang menarik yang membahas tentang ini. Ternyata ini berkaitan dengan
penyakit mental bernama Delusi.
Delusi adalah
salah satu jenis gangguan mental serius yang dikenal dengan istilah psikosis.
Psikosis ditandai dengan ketidaksinambungan antara pemikiran, imajinasi, dan
emosi, dengan realitas yang sebenarnya. Orang yang mengalami delusi seringkali
memiliki pengalaman yang jauh dari kenyataan.
Jadi dalam
bayangan para kriminal yang rame-rame masuk penjara ini, mereka membayangkan
sedang melawan sebuah rezim otoriter. Mereka merasa sebagai pahlawan dengan
massa besar, siap untuk membuat sebuah revolusi.
Tapi kenyataan
jauh berbeda.
Buni Yani
contohnya. Dia sempat dinobatkan sebagai Pahlawan Islam karena dinilai berhasil
membuat Ahok masuk penjara. Padahal Buni Yani cuman maen editan doang, tapi dia
merasa menjadi Batman superhero di kota Gotham.
Sedihnya, saat
dia masuk penjara tidak ada yang membelanya. Bahkan tidak ada gerakan massa
besar seperti gerakan 411 dan 212 yang berjumlah ratusan juta orang untuk
membebaskannya. Dia membusuk sendirian di penjara tanpa ada yang merasa
kasihan.
Begitu juga
Jonru Ginting yang malah sempat teriak-teriak kesetanan di pengadilan.
Sekarang, orang ingat jenggotnya pun tidak. Ya, ngapain juga diingat, liatnya
aja malesin. Ratna Sarumpaet malah dibuang dan tidak diakui. Tapi herannya dia
masih setia merasa bahwa dia bagian dari oposisi.
Yang sedih Ahmad
Dhani. Sudah jatuh miskin, masuk penjara pake acara dikentutin. Masak pahlawan
dikentutin tahanan satu sel?
Bahar Smith juga
rasanya akan mendapatkan situasi yang sama. Dia masih merasa sebagai panutan
yang dibela banyak orang. Mungkin ia berpikir bahwa di luar sana akan ada
gerakan massal membebaskan dia. Sebuah revolusi mirip peristiwa 98 dimana dia
akan muncul sebagai panutan.
Bahkan mungkin
dia bermimpi kelak menjadi Imam Besar yang akan bersaing dengan kakandanya yang
kabur di Saudi sana.
Yang lucu, Bahar
bin Smith menggertak Jokowi dengan, "Rasakan lidah pedas saya." Saya
kok jadi teringat keripik pedas Mak Icih yang pedasnya berlevel mulai pedas
sedang sampai pedas super. Kira-kira lidah Bahar pedasnya sampai level berapa
ya?
Pasti sangat
pedas. Karena akibat pedasnya yang tidak ketulungan, rambutnya sampai berwarna
pirang.
Seruput dulu,
ah..
Tagar.id