![]() |
Monas |
"Situasi aman terkendali,
bang.."
Begitu laporan dari seseorang yang kukenal
ketika kutanyakan bagaimana situasi saat ini. Saya dua hari ini memang terus
memantau dengan cermat apa yang akan terjadi pasca pencoblosan.
Teori saya pada waktu itu, ada skenario
yang memang dijalankan untuk menciptakan chaos seusai pencoblosan. Skenario ini
memanfaatkan situasi panik usai kekalahan dengan membangun propaganda
berulang-ulang bahwa mereka menang.
Dan malam ini, baliho-baliho kemenangan
dipasang di beberapa titik di Jakarta, sebagai penguat bangunan propaganda itu.
Tiitk-titik kumpul sudah dibangun, pesan-pesan hoax disebarkan, tujuannya
untuk memancing kubu lawan bergerak dan terjadilah benturan di lapangan. Jika
tidak terjadi benturan, ciptakan seolah-olah ada benturan.
Tetapi kali ini pihak aparat sudah
sangat siap. Polisi bekerjasama dengan TNI terus memantau lapangan. Densus
sampai Satgas anti teror juga terjun dan masuk ke kantung-kantung yang diduga
akan terjadi bentrokan. Perintahnya jelas dan tegas, "Tembak ditempat siapapun
yang membuat kerusuhan pasca penghitungan.."
Nama-nama provokator sudah ditangan.
Beberapa sudah dicokok ditempat dan diamankan. Aparat sudah menguasai keadaan.
Mereka yang tadinya siap membuat kerusuhan, tiarap dan menghilang.
Tugas saya sederhana, menghancurkan
bangunan propaganda ancaman mereka dengan lelucon. Propaganda mereka bahwa
situasi saat ini genting, harus dilawan dengan humor. Humor adalah cara yang
efektif ketika aksi teror beraksi.
Jadi, untuk yang selalu kasih nasihat,
"Jangan diketawain dong mereka, menang jangan jumawa.." kalian
sesungguhnya tidak paham, bahwa tertawa itu obat dari perasaan ketakutan yang
dibangun pihak lawan.
Tertawakanlah hoax dan ancaman mereka,
supaya situasi menjadi netral. Urusan lapangan serahkan pada aparat yang sudah
profesional.
"Tahu orang gila kan, bang?"
Kata temanku itu.
"Orang gila itu biasanya suka
bicara sendiri, membangun theatre of mind dalam pikirannya sendiri. Mereka
tidak berbahaya, asal jangan ada yang merusuhi mereka. Jadi biarkan kelompok itu
berkoar-koar sendiri, jangan dilayani. Kami yang kawal mereka, pihak
berseberangan jangan ada yang ikut turun ke jalan. Nanti juga mereka capek, dan
tidur sendiri.."
Aku tertawa mendengar analogi temanku
itu. Memang benar, biarkan mereka onani dengan pikiran mereka sendiri, kita
cukup duduk dan tertawa melihat tingkah laku mereka yang semakin lama semakin
tidak masuk akal. Kalau meladeni, kita ikut gila juga..
Secangkir kopi terhidang malam ini.
Malam yang panjang dan kutemani temanku yang masih sibuk bekerja mengamankan
situasi ini.
Selamat bertugas. Seruput...