![]() |
ACT |
Ketika Suriah
sedang dilanda perang, banyak organisasi berbaju kemanusiaan dari seluruh
negara datang kesana..
Tapi tidak
semua datang melalui pemerintahan yang sah. Banyak juga yang datang untuk
membantu para pemberontak dengan mengatas-namakan kemanusiaan.
Apa saja
tugas mereka disana? Ya, mengkoordinir bantuan pangan dan obat-obatan seperti
biasanya, termasuk mengirimkan dokter dan merawat yang terluka. Tapi itu kedok
depannya. Yang terjadi dibelakang ternyata berbeda..
Sebagai
contoh White Helmets, organisasi berbaju kemanusiaan yang didirikan di Istanbul
Turki dan dikomandani mantan intelijen Inggris.
"Helm
putih" ini sejatinya adalah bagian dari terorisme. Tugas mereka adalah
merekayasa kejadian, seolah-olah membantu korban dan - ini yang berbahaya - mereka
melakukan propaganda dengan film seolah-olah pemerintah Bashar Assad adalah
Presiden yang kejam.
Salah satu
karya besar mereka adalah foto dan video "anak kecil di kursi
oranye", yang membuat kemarahan dunia kepada Rusia karena WH melakukan
propaganda bahwa anak itu korban bom Rusia. Padahal itu kejadian yang
direkayasa White Helmet sendiri.
Dari
Indonesia pun tidak kurang-kurang organisasi berbaju kemanusiaan seperti White
Helmets. Ada MerC, ada Aksi Cepat Tanggap (ACT), ada Indonesian Humaniterian
Relief atau IHR. IHR ini adalah badan berbaju kemanusiaan bentukan Bachtiar
Nasir, salah satu pentolan HTI yang sekarang kabur ke Saudi.
Bachtiar
Nasir dijadikan tersangka atas kasus pencucian uang dengan mengambil dana dr
masyarakat melalui donasi, kemudian mengirimkan bantuan ke salah satu kelompok
teroris, Jaysh Al-Islam di Aleppo, Suriah.
Nah,
mendekati aksi 22 Mei kelompok pendukung Prabowo menolak hasil Pilpres 2019,
salah satu badan yang sering terlibat dalam urusan bantuan konflik
internasional seperti ACT, tiba-tiba sudah siap dengan berbagai bantuan untuk
para demonstran.
Pertanyaannya,
ada apa ini?
Seolah-olah
ACT mengetahui akan ada masalah kerusuhan disana. Mereka sudah siap dengan
segala perangkat dengan bahasa seram "mengantisipasi risiko krisis kemanusiaan".
Krisis
kemanusiaan apanya? Jangan-jangan ACT mau bikin narasi krisis sendiri seperti
White Helmets yang berbeda dengan narasi pemerintah.
Kalau ACT
ingin berbuat untuk kemanusiaan, seharusnya fokus pada korban bencana alam,
bukannya malah terjun ke dunia politik, seperti pada mobilisasi massa menolak
hasil Pilpres 2019. Kehadiran ACT disana malah menguatkan sinyal bahwa akan
terjadi kerusuhan dan ACT akan muncul sebagai "dewa penolong".
Biarkan
urusan Pilpres menjadi urusan Polisi dan TNI yang bertanggung-jawab terhadap
situasi disana. Dua institusi pemerintah itu juga punya perangkat yang dimiliki
oleh ACT. Tidak perlu ada badan berbaju kemanusiaan yang ikt campur masalah
politik di Indonesia, seperti ACT, IHR, MerC apalagi White Helmets...
Sudah
selayaknya ACT diusir dari lokasi demo, karena keberadaannya tidak diperlukan.
Jangan politisasi situasi dengan baju kemanusiaan seperti yang sudah pernah
terjadi di Suriah. Kita belajar banyak, bahwa serigala bisa berbaju apa saja,
bukan hanya berbaju domba. Tergantung siapa yang akan dimangsa.
Saya hanya
mengingatkan, bahwa apa yang terjadi di Suriah, bisa dijadikan pembelajaran
berharga untuk Indonesia. Sebelum semuanya hancur berantakan..
Seruput
kopinya.