![]() |
Andika Perkasa |
DennySiregar.id, Jakarta - ”Jangan cemen, pak..
Kejadianmu tak sebanding dengan jutaan nyawa melayang.."
Begitu bunyi
status dari seorang wanita, yang belakangan diketahui ia adalah istri dari
Dandim di Kendari. Status itu masih ditambah dengan emoticon ketawa dan
ditujukan kepada Wiranto, Menkopolhukam yang menjadi korban penusukan.
Sontak status
ini mendapat sorak sorai dari kadal gurun yang memang mencoba merapat ke TNI,
dalam usaha mereka membenturkan institusi ini dengan pemerintah dan Polri.
TNI memang
dikabarkan sebagai salah satu institusi yang terpapar radikalisme, dengan
jumlah tidak main-main sekitar 3 persen anggota. Diduga keras, paparan
radikalisme ini bukan pada saat perekrutan, tetapi justru di kelompok-kelompok
pengajian umum yang dihadiri para istri tentara.
Ketika Menhan
mengakui ada paparan radikalisme di TNI, saya cemas. Sangat berbahaya. Apalagi
pola kelompok Hizbut Tahrir diseluruh dunia sama, yaitu menyusup ke dalam tubuh
tentara dan kemudian melakukan kudeta disana. TNI menjadi kendaraan penting
bagi Hizbut Tahrir karena mereka memegang senjata.
Dan ketika
berhadapan dengan TNI, jelas polisi kita gagap. Mereka cenderung tidak mau
dibenturkan dengan institusi.
Lihat saja
saat penangkapan mantan Danjen Kopassus yang diduga kuat terlibat dalam usaha
pembunuhan dengan sniper, saat demonstrasi di MK bulan Mei lalu.
Banyak
purnawirawan TNI dengan pangkat tinggi membela rekannya yang tertangkap,
padahal sudah jelas dia punya andil besar dalam usaha pembunuhan itu.
Situasi ini
yang dimanfaatkan oleh kelompok radikal dengan selalu memuji TNI sebagai
pelindung mereka, sedangkan polisi adalah musuh besar mereka. Tujuannya apalagi
selain membenturkan kedua institusi itu, dan mereka menari diatas puingnya
Melihat
Jendral Andika Perkasa, KSAD, tampil dengan gagah di depan kamera televisi
mengumumkan memberi hukuman dengan mencopot Dandim Kendari, karena perilaku
istrinya yang mendukung terorisme dan tidak menghormati seniornya, duh, saya
lega bukan kepalang.
Menantu
Jenderal purnawirawan AM Hendropriyono ini bisa dengan tegas melihat masalah
dalam institusinya. Dia tidak membiarkan bibit radikalisme tumbuh di
jajarannya.
Langkahnya
mengumumkan pencopotan Dandim Kendari karena postingan istrinya itu, adalah
sebuah pesan kepada seluruh jajaran dibawahnya, bahwa dia tidak kompromi dengan
radikalisme.
Dan pemikiran
ini sesuai dengan pemikiran besar mertuanya, AM Hendropriyono yang memang sejak
awal sudah mewaspadai gerakan radikal di negeri ini dan berjuang memerangi
mereka.
Sungguh
radikalisme di negeri ini sudah masuk zona merah. Perlu dicanangkan bahwa
radikalisme adalah "kejahatan luar biasa". Mereka seperti racun yang
kelak akan menghancurkan kita.
Dan siapapun
yang mendukung radikalisme, seperti istri sang Dandim, wajib dihukum
sepantasnya. Apalagi mereka yang makan dari negara, dari uang pajak rakyat,
tetapi mendukung para musuh negara.
Bravo, pak
Andika. Genderang perang terhadap radikalisme tabuhkanlah
sekencang-kencangnya. Mulailah dari dalam institusi sendiri. Bersihkan jangan
dipelihara.
Semoga kelak
Jenderal bisa menjadi Panglima TNI dan memimpin kami dalam perang melawan
kejahatan luar biasa ini..
Seruput kopinya..