![]() |
Kasus Ahmadiyah Cikeusik |
DennySiregar.id, Jakarta - Tahun 2011, terjadi
penyerangan di rumah jamaah Ahmadiyah oleh sekumpulan orang di Cikeusik Banten.
Tiga orang
jamaah Ahmadiyah tewas. Mirisnya, proses pembunuhan mereka direkam lewat video
handphone dan diupload di media sosial. Tubuh yang sudah mati masih dilempar
batu besar oleh para "binatang" yang sudah kehilangan akal.
Dan yang lebih miris lagi, polisi yang ada disitu
hanya jadi penonton tanpa usaha membubarkan mereka apalagi menyelamatkan
korban.
Pertama kali menonton video itu, hati saya tersentak.
Begitu kejinya sekelompok orang yang menganggap diri mereka pembela agama dan
menuduh Ahmadiyah kafir, melakukan perbuatan yang mungkin diatas level
kekafiran.
"Ada apa bangsaku ?" Pikirku sedih waktu
itu.
Dan itu salah satu momen penting, bisa juga sebagai
titik balik, untuk bicara tentang bahaya radikalisme disekitar kita. Kutinggalkan
tulisan tentang spiritualitas dan berjuang mengingatkan bahaya ini ke siapa
saja yang mau menerima.
Tahun 2019, sesudah pengumuman Kabinet, terlihat hasil
itu mencapai puncak ketika Jokowi menempatkan para Menterinya dengan agenda
radikalisme yang utama. Aku lega, butuh waktu yang panjang dan sekian banyak
ancaman hanya karena sekadar berbicara.
Dulu orang takut menyinggung umat beragama. Sekarang
semua bahu membahu membersihkan oknum didalam agamanya, dan mulai kembali pada
nilai-nilai luhur Pancasila.
Saya mengenal banyak teman di media sosial ini yang
sejak lama bersuara mengingatkan pemerintah untuk turun tangan. Tanpa kenal
lelah. Kami mungkin tidak pernah bertemu muka, tetapi kami saling mengenal
ketika menyebut nama..
Saya menyebut mereka para pejuang media sosial, bukan
lagi penggiat. Karena saya tahu mereka mempertaruhkan semua kenyamanan di dunia
nyata mereka, untuk terus bersuara di dunia maya.
Sampai sekarang, saya terus mengingat para pembunuh
jemaah Ahmadiyah itu yang hanya dihukum beberapa bulan saja. Betapa murahnya
nyawa manusia di dunia.
Tapi saya yakin, Tuhan akan memperhitungkan semuanya.
Saya membayangkan, para pembunuh atas nama agama itu, selalu ditemani mimpi
buruknya setiap saat. Mereka tidak akan pernah lepas dari apa yang pernah
mereka perbuat.
Sambil seruput kopi pagi ini, saya sedang
mempertimbangkan untuk mundur pelan2 dari media sosial yang sudah menjadi
pedang saya selama 8 tahun ini
"Tugas sudah selesai..." Kata seorang teman.
Dan saya berdoa untuk arwah2 para korban yang mungkin sedang tersenyum di alam
sana, karena nyawa mereka hilang tanpa sia-sia.
Seruput..