![]() |
Kisah Nabi |
Jakarta -
Diberanda saya ramai perdebatan tentang ceramah seorang ulama NU, Gus Muwafiq,
yang bercerita tentang masa kecil Nabi Muhammad SAW..
Gus Muwafiq
adalah ulama yang tinggal di Sleman, Jogyakarta. Dalam ceramahnya yang viral,
ia menyebutkan dulu masa kecilnya Nabi Muhammad SAW itu dekil. Dan perkataan
ini kemudian dianggap menghina Islam oleh kelompok 212, bahkan dilaporkan oleh
FPI.
Bukannya
marah, saya malah tertarik menggali informasi tentang masa kecilnya Nabi
Muhammad Saw. Banyak memang hikayat yang menggambarkan Nabi lahir dengan cahaya
mengelilingi tubuhnya dan semua bentuk pengagungan lainnya.
Saya coba
garis bawahi pada kata pengagungan. Sebagai manusia yang diyakini suci, tentu
harus ada bahasa pemujaan dan pengagungan terhadap sosok seorang Nabi.
Sama seperti
ketika kita memuji istri yang cantik, "Cantikmu seperti mawar yang
tertetesi embun pagi..". Apakah memang rupa istri seperti itu? Ya jelas
tidak, itu bahasa sastra dengan konsep melebihkan sebagai bentuk penggambaran.
Jadi kalau
disebut Nabi lahir dengan cahaya, tentu bukan cahaya sinar seperti yang kita
tahu selama ini. Itu bahasa pengagungan terhadap aura kebijaksanaan yang
memancar, yang tentu baru diketahui oleh para pujangga berdasar kisah-kisah
dari para para penceritanya. Bahasa sastra.
Masa kecil
Nabi sendiri tentu tidak beda dengan anak kecil lainnya di masa itu, masa arab
barbar jahiliyah. Bukan manusia super yang bisa mengalahkan musuhnya dengan
sekali hentakan dan halilintar mirip Gundala.
Bahkan ada
cerita Nabi Muhammad SAW kecilnya menggembala kambing dengan upah beberapa
dinar. Itu ada di hadis Bukhari, seperti kata Guru Besar UIN Jogja, Alvin Nur
Choironi.
Jadi ya
secara fisik manusia, biasa aja seperti anak kecil penggembala kambing lainnya.
Kan gak mungkin penggembala kambing tubuhnya bercahaya kemana-mana.
Gimana sih
anak kecil di negara tandus di tanah Arab pada masa dahulu? Ya, ukuran kita
pastilah menyebutnya dekil, karena bersentuhan dengan debu setiap hari.
Gak salah
kan, kalau Gus Muwafiq menggambarkan sesuatu sesuai konteksnya, pada masa itu?
Gus Muwafiq hanya ingin kita memisahkan antara fakta sejarah dengan bahasa
sastra..
Yang
menganggap Gus Muwafiq menghina Nabi tentu tidak paham ini, setidak pahamnya
dia dengan bahasa-bahasa sastra.
Banyak bahasa
sastra digunakan dalam penggambaran sesuatu pada masa itu untuk memudahkan
penjelasan. Seperti penggambaran surga, bidadari, malaikat dan hal-hal yang
tidak ada di dunia ini. Cara paling rasional adalah menggambarkan dengan bahasa
perumpamaan sampai sastra.
Tapi apakah
"dekilnya" Nabi Muhammad SAW pada fisiknya adalah fakta bahwa beliau
juga pernah sesat seperti yang dikatakan ngustad Evi Effendie yang dulu viral
itu?
Bedakan
antara fisik dan spirit atau ruh. Meski fisiknya sama dengan manusia biasa,
tapi yang membedakan para Nabi dan kita adalah ruhnya yang suci, yang tidak
terlihat kasat mata. Dari situlah lahirnya kebijaksanaan, kehormatan,
kecerdasan sampai kemampuan untuk berkomunikasi langsung dengan Tuhan.
Memang
masalah umat saat ini adalah kemampuan literasi, sehingga hanya sibuk meyakini
tanpa dibarengi kemampuan memahami lebih. Dan ketika diberikan fakta sejarah,
mereka sibuk berkata penistaan agama.
Itu mirip-mirip
Neno Warisman yang melantunkan doa perang pada masa lalu dan coba-coba
dicucokkan pada masa kampanye Pilpres. Gak nyambung, mak..
Eh, kemana
dia ya? Kok ngilang? Jangan-jangan sedang mengurung diri karena patah arang.
Dia yang berjuang habis-habisan, Mulan Jameela yang dapat peluang.. Seruputttt...