![]() |
Warga Italia |
Jakarta - "Ulanganku
jelek, pa.." Anakku
ketakutan waktu ngasih kertas ulangannya dengan angka spidol merah. Kuambil dan
kuelus rambutnya. "Baguslah.." kataku.
Dia kaget,
"Papa gak marah ?"
Aku jawab, "Ngga, papa tau kamu belajar. Cuman mungkin soal yang
ini kamu gak ngerti aja.."
Sejak lama
saya punya prinsip tidak ingin membangun narasi negatif dalam pikiran anak.
Karena kata-kata negatif yang kita benamkan ke otaknya, akan menjadikan dia
juga berperilaku negatif nantinya.
Saya tidak
ingin menjadi "agent of fear" untuknya. Saya harus jadi "agent
of change" membantu dia membuka sudut pandang baru supaya dia lebih bisa
memahami masalahnya.
Baca: LOCKDOWN GIGI LU PEANG !
Dan apa yang
saya lakukan berhasil. Anakku tumbuh menjadi anak yang mandiri, berani dan kokoh.
Pintar itu relatif, yang penting dia berhasil bersosialisasi dan punya prestasi
di bidang yang dia senangi. Bukan yang saya senangi.
Kebiasaan itu
ada sampai sekarang, bukan hanya kepada anak, tapi kepada siapa saja. Narasi
positif itu penting sekali, karena itu akan membentuk perilaku orang disekitar
kita.
Ketika wabah
Corona menerpa kita, banyak sekali yang tidak sadar bahwa dia menjadi
"agent of fear" buat orang sekitarnya. Dia membagikan berita2 buruk,
senang membaca kabar2 yang buruk, sehingga dia ketakutan sendiri.
Dan karena
dirinya ketakutan, dia lalu memprovokasi orang supaya sama takut dengan
dirinya.
Berita yang
dibagikan narasinya selalu "Tambah lagi pasien Corona", "Bahaya
sekali negeri ini" dan model2 yang sama. Dia tidak pernah berusaha
menyebarkan berita "Alhamdulillah, banyak yang sembuh" karena dia
sendiri tidak percaya pada sekitarnya. Terpenjara oleh ketakutannya.
Begitu juga
kalau memberi contoh, "lihat tuh Italia, berapa banyak yang mati ??".
Bukan, "Wah, ternyata di Vietnam banyak yang sembuh..". Coba
bedakan..
Semua masalah
tergantung sudut pandang mana kita melihat, apakah itu menjadikan kita takut
dan lemah atau malah menjadikan kita kuat dan melawan ? Semua itu pilihan kita
sendiri.
Mungkin semua
itu tergantung pendidikan yang didapat juga. Ada orang yang terbiasa dididik
dengan ancaman dan ketakutan, sehingga besarnya selalu mengancam dan
menyebarkan ketakutan.
Saya termasuk
beruntung, dibesarkan dengan cara positif, membangun sudut pandang baru untuk
tetap bertahan. Jadi teringat nasihat almarhum ayah, "Bukan besarnya badai
yang seharusnya kamu takutkan, tapi mampukah kamu melewatinya dengan segenap
keahlian?".
Baca: INDONESIA LOCKDOWN!
Jadilah agent
of change. Bangunlah narasi positif dalam setiap masalah yang menekan. Sebarkan
hal-hal yang membangkitkan semangat, bukan yang melemahkan.
Lagian, lebih
baik kita menyalakan lilin daripada sibuk mengutuk kegelapan, bukan ?
Andra tutto
bene. Semua akan baik-baik saja..
Saya bikin kopi dulu ya... Mau seruput soalnya..