![]() |
Foto Film Kungfu Hustle |
Jakarta - "Dalam
waktu 3x24 jam, kami minta Denny Siregar untuk menghapus twitnya, atau kami
akan membawa ini ke ranah hukum.."
Begitu
pernyataan juru bicara sebuah partai yang dulu besar, di depan wartawan dengan
gagahnya.
Hari itu
hampir semua petinggi partai "keluar kandang" dan langsung menyerang,
karena nyonya besar ngamuk sampe mau ngulek cabe karena merasa anaknya
disentil.
Sehari
sebelum konpers, saya dengar grup WAG beranggotakan para petinggi partai itu
ribut. Pro kontra terjadi, apakah mereka harus melaporkan atau tidak.
Sebenarnya
ada beberapa yang mencegah, tapi suara mereka tenggelam ditengah gemuruh
petinggi lain yang ingin mencari muka ke atasan. Mereka berlomba-lomba
menyerang lewat twitter menyuarakan dukungan pada nyonya besar.
Kegiatan
"cari muka" inilah yang jadi blunder terbesar partai itu, karena pada
akhirnya mereka tercatat dalam sejarah bagaimana sebuah partai harus melawan
satu orang warga biasa, yang bahkan tidak punya kekuatan, kekuasaan, dan
kekayaan untuk melawan mereka.
Bayangkan,
mereka berada pada posisi maju kena mundur kena. Kalau menang, malu. Kalah,
lebih malu. Jadinya stuck ditengah-tengah, tidak tahu apa yang diperbuat.
Satu orang
mantan petinggi, mencoba membuat tulisan panjang untuk menjelaskan posisi
partai mereka. Tapi yang baca cuman puluhan orang, itupun mungkin kader2nya
mereka saja. Sudah kadung kehilangan muka, seranganpun membabi buta.
Akhirya saya
paham, kenapa si partai itu pengaruhnya terus turun setiap pemilu. Dulu berjaya
di angka 20 persen, turun 10 persen, sekarang di 7 persen, hampir gagal masuk
Senayan.
Ternyata
karena petinggi-petinggi mereka tidak taktis, sibuk pencitraan, terlalu gemuk
dan lamban, arogan, merasa masih jadi pemenang. Padahal dunia berubah, mereka
tidak mampu beradaptasi dengannya.
Ditengah
kompetisi ketat ini, kemungkinan besar 2 kali Pemilu lagi, partai ini tinggal
sejarah. Itu karena sejak dulu langkah mereka adalah langkah peragu, mau ke
kanan mikir, ke kiri nambah mikir.
Akhirnya
berdiri ditengah-tengah tanpa kawan. Maksud hati mau main dua kaki, apa daya
tak ada yang mau dipijak lagi.
Batas waktu
3x24 jam berakhir hari ini. Kita lihat saja, apakah mereka tetap jadi peragu
seperti biasanya dan hanya gagah di konperensi pers saja, atau mencoba melawan
dengan sisa-sisa tenaga yang ada..
Kita tunggu saja, sambil seruput kopi. Ah, nikmat
sekali..