![]() |
Jualan Online |
"Den, gua sekarang jualan
rendang. Kalau mau pesan, lewat go-food aja ya". Begitu temanku mengirim pesan.
Wah hebat. Itu adalah produk kelimanya sesudah dia jualan nastar, sambal dan
beberapa produk lagi.
Dia tidak butuh biaya lebih untuk
membuka rumah makan. Tidak butuh investasi alat, gaji dan segala macam tetek
bengek yang harus dibayar orang ketika sedang lapar.
Temanku cukup membuka teras
rumahnya, pasang plang "jual rendang, menerima pesanan melalui Go-food",
mendaftarkan makanannya di aplikasi dan - taraaa - dia sudah jualan.
Selebihnya dia beriklan di
facebook, twitter, IG dan segala macam dunia media sosial yang saya suda gak
hapal namanya. Taruhan dia hanya di enak atau tidak enak rasa rendangnya saja
dan untuk itu dia menjamin rasanya - kecap selalu nomer satu hehe.
Apakah ini yang dinamakan
disruptive innovation?
Disruptive innovation pertama
kali dicetuskan oleh Clayton Christensen dan Joseph Bower tahun 1995. Artikel
mereka pada waktu itu diberi judul "Disruptive Technologies : Catching the
Wave".
Arti harfiah dari disruptive
sendiri adalah "mengganggu". Jadi disruptive innovation kira2 berarti
innovasi yang mengganggu.
Siapa yang diganggu? Ya jelas
model yang sudah mapan selama ini.
Seperti yang dilakukan temanku,
innovasi dia mengganggu model restauran mapan yang mengandalkan tempat dan
pelayanan. Temanku memotong biaya2 tinggi dengan langsung bertemu konsumen,
melalui fasilitas online.
Apakah restauran2 itu merasa
terganggu?
Tentu tidak secara langsung
sekarang. Tetapi mungkin berasa 5 tahun lagi ketika budaya makan diluar
digantikan makan dirumah karena malas keluar sebab macet. Apalagi dunia semakin
hari semakin dekat ditangan.
Dulu pun toko online dipandang
sebelah mata karena "lebih enak langsung liat barangnya di toko.."
atau "lebih percaya sama toko yang sudah gua kenal". Buktinya
sekarang, Glodok pun anjlok dihantam penjualan online.
Saya akhirnya harus paham ketika
makan di sebuah restauran yang hanya dihadiri oleh beberapa pengunjung, tapi
tukang gojek antri mengambil pesanan. Pikiran saya waktu itu, "Kasihan
petugas delivery, pasti bentar lagi dipecatin karena lebih murah pake
go-food."
Saya membayangkan betapa innovasi
yang mengganggu ini sudah menjatuhkan banyak model usaha yang dulu dianggap
besar. Seperti misalnya jualan ensiklopedia yang hancur kena wikipedia atau
google.
Atau seperti keluhan adikku yang
biasa jualan rumah di Era property, harus bertarung dengan situasi dimana
pemilik rumah ingin menjual sendiri, begitu juga pembeli lebih nyaman milih-milih lewat online.
Dia yang selama ini bergantung
pada komisi, pelan-pelan akan menghilang ditelan zaman.
Mungkin -ini mungkin ya- satu
waktu kita tidak perlu lagi diwakili oleh anggota DPR yang selalu kegeeran
merasa menjadi wakil kita. Cukup kita mewakili diri sendiri melalui online.
Dengan begitu gada lagi yang
model Habiburokhman yang lewat semanggi aja nyasar.. Kopiku dah habis. Saatnya bobo ah
dah malam.