![]() |
Putin dan Bashar Assad |
6 tahun sudah perang Suriah berlangsung..
Perang yang diawali pemberontakan oleh militer dan warga
sipil yang dikomandani kelompok teroris Al-qaeda, berupaya menjatuhkan
pemerintahan sah Bashar Assad.
Kelompok pemberontak yang menamakan diri mereka Free Syrian
Army ini, bertujuan hendak mendirikan negara khilafah..
FSA adalah mesin perang koalisi negara barat seperti AS,
Eropa dan Jepang. Dibantu oleh beberapa negara Timur Tengah seperti Saudi,
Qatar dan Jordan.
Tujuannya adalah menguasai Suriah karena wilayah itu
strategis sebagai jalur pipa gas bagi negara-negara koalisi. Khilafah dan agama
dijadikan kedok untuk mempermudah rencana penguasaan..
Bashar Assad bukan Muammar Qadhafi dan Saddam Husein yang
mudah dijatuhkan. Ia dicintai rakyatnya, yang kemudian berjuang bersamanya..
Setahun perang berlangsung antara FSA dan pemerintah Suriah,
ISIS pun masuk, dengan tujuan yang sama dan donatur yang sama. Masuknya ISIS,
karena FSA dianggap gagal menguasai Suriah.
Perang segitiga pun terjadi diantara mereka. AS dan Eropa
memperumit situasi dengan pura-pura membantu Suriah tapi sesungguhnya malah
memberikan bantuan senjata kepada ISIS dan FSA.
Kewalahan menghadapi serangan dari banyak pihak, Bashar
Assad meminta bantuan kepada Iran. Iran kemudian mengontak Rusia untuk membentuk
koalisi bersama memerangi pemberontak..
Perang Suriah mengajarkan banyak hal, bagaimana produksi
hoax massal berlangsung. Industri hoax yang diproduksi mirip suasana Hollywood,
dengan aktor-aktor yang menjadi korban, bertujuan untuk memberikan kesan kepada
dunia bahwa Bashar Assad bersalah.
Dan inilah akhir dari perang Suriah.
Kemenangan ada di pihak rakyat Suriah, sesudah segala
kesulitan, bau kematian dan jutaan pengungsi diberitakan. Banyak cerita
berharga dari negeri yang diberitakan dalam banyak hadis itu.
“Kalau fitnah-fitnah tengah terjadi maka iman ada di negeri
Syam..” Itulah salah satu perkataan Rasulullah menggambarkan bagaimana Suriah
dari waktu ke waktu mengajarkan kita tentang apa dan bagaimana fitnah itu
menjadi senjata efektif untuk menguasai satu wilayah..
Sejak awal perang Suriah, saya menjadi pengagum berat Bashar
Assad, seorang Presiden yang tidak pernah lari dari negerinya meski dikepung
berbagai negara. Ia berperang bersama rakyatnya, karena buatnya “Mati di negeri
sendiri adalah sebuah kehormatan..”
Viva Bashar, Viva rakyat Suriah..
Semoga negeriku tercinta Indonesia bisa belajar bagaimana
sesungguhnya sebuah bangsa itu mempertahankan dirinya..
Seruput kopi dulu untuk kemenangan kalian yang terindah...